Mohon tunggu...
HENRYAN WIJAYANTO
HENRYAN WIJAYANTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Industri Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Omed-Omedan Salah Satu Tradisi Unik di Bali

14 April 2024   23:06 Diperbarui: 14 April 2024   23:32 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Bali di Indonesia terkenal karena keindahan alamnya, kebudayaannya yang kaya, dan keramahannya terhadap wisatawan. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Samudra Hindia melingkupi pantainya yang indah dengan pasir putih dan air laut yang jernih. Bali tidak hanya dikenal karena pantai-pantainya yang indah, tetapi juga karena sawah teraseringnya yang indah, terutama di Ubud. Bali juga merupakan pusat seni dan budaya karena banyaknya pura, museum, galeri, dan pertunjukan tradisional, termasuk tarian Bali yang memukau. Banyak upacara adat yang dilakukan secara rutin, seperti Ngaben atau kremasi, dan perayaan Hindu yang meriah, seperti Hari Raya Nyepi, menunjukkan keanekaragaman budaya Bali.

Bali adalah tempat yang bagus untuk berlibur dan menawarkan banyak hal untuk dilakukan, mulai dari selancar di pantai terkenal seperti Kuta dan Uluwatu hingga trekking di gunung-gunungnya yang megah seperti Gunung Agung dan Gunung Batur. Hidangan khas Bali, seperti babi guling, bebek betutu, dan sate lilit, tidak kalah menarik. Selain itu, Bali memungkinkan wisatawan dengan anggaran yang berbeda untuk menikmati keindahan pulau ini, dengan berbagai pilihan penginapan mulai dari resort mewah hingga penginapan murah. Bali tetap menjadi salah satu tempat wisata terbaik di dunia karena kombinasi antara keindahan alam, kekayaan budaya, dan keramahan penduduknya.

Bali atau sering dikenal sebagai pulau Dewata terletak diantara pulau Jawa dan pulau Lombok. Sebelum berdiri sebagai provinsi, Bali merupakan bagian dari Provinsi Sunda Kecil bersama dengan Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan Timor. Bali resmi menjadi provinsi pada tahun 1958 dengan Singaraja sebagai ibukota, dan tahun 1960 ibukota berpindah ke Denpasar. Bali dikenal oleh dunia luar sebagai destinasi populer di indonesia karena memiliki bermacam macam daya tarik yang membuat wisatawan ingin mengunjungi bali baik keindahan pegunungan, pemandangan alam, pesisir pantai dan desa desa yang asri. Tidak hanya terdapat tempat rekreasi karena Bali terkenal dengan kota Seribu Pura di Bali juga terdapat kebudayaan, kesenian serta tradisi yang unik, ditambah banyak budaya lokal setempat yang berhubungan dengan kebiasaan atau tradisi turun temurun yang di wariskan akan menjadi daya tarik Bali sendiri. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas keunikan di Bali yaitu Omed - omedan.

Saat Ngembak Geni, atau hari pertama setelah Hari Raya Nyepi, anak-anak Bali melakukan tradisi Omed-omedan. Saat ini, Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar, Bali adalah tempat yang masih melakukan Tradisi Omed-omedan. Ini sudah ada sejak abad ke-17, ketika dua ekor babi hutan bertarung, membuat masyarakat Desa Sesetan merasa nasibnya buruk. Muda-mudi lokal dibagi menjadi dua kelompok menurut tradisi Omed-omedan: teruna (pria) dan teruni (wanita). Setiap orang yang mengikuti tradisi ini melakukan upacara persembahyangan bersama di Pura Banjar sebelum ritual omed-omedan dimulai.

Ketika mereka melakukan persembahyangan, orang-orang memohon kebersihan hati dan kelancaran selama ritual omed-omedan. Untuk menghormati peristiwa beradunya sepasang babi hutan di Desa Sesetan, akan ada tarian Barong Bangkung (Barong Babi) setelah semua orang melakukan sembahyang. Kemudian, kedua kelompok pria dan wanita ini mulai berbaris dan berhadapan, dipandu oleh para pecalang, yang merupakan bentuk polisi tradisional. Seseorang dari masing-masing kelompok akan dipilih secara bergantian untuk diangkat dan kemudian diarak ke posisi paling depan barisan.

Setelah itu, dua grup bertemu, pria dan wanita yang berada di depan harus berpelukan satu sama lain. Setelah mereka berpelukan, masing-masing grup mulai menarik temannya agar terlepas, dan jika mereka tidak dapat terlepas, panitia akan menyiram mereka dengan air hingga mereka basah. Setelah itu, grup pria dan wanita bertemu lagi dan berpelukan erat, lalu berbicara satu sama lain di pipi, kening, dan bibir.

Masyarakat di luar Bali kadang-kadang salah memahami tradisi Omed-omedan. Ini dianggap sebagai tradisi yang salah karena itu adalah ritual ciuman masal dari Desa Sesetan. Meskipun demikian, tradisi Omed-omedan tetap menjadi salah satu tradisi yang unik dan masih bertahan hingga hari ini. Menurut Denpasarkota.go.id, masyarakat Desa Sesetan pada masa lalu melihat Tradisi Omed-omedan hanya sebagai bagian dari bentuk masima karma atau dharma shanti (menjalin silahturahmi) antar sesama warga. Namun, dengan waktu, Tradisi Omed-omedan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik dan asing. Masyarakat Desa Sesetan menyadari hal ini dan menjadikan Tradisi Omed-omedan menjadi festival warisan budaya tahunan. Festival ini akan dimeriahkan dengan adanya bazzar dan juga panggung pertunjukan.

Pengunjung festival terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama dari penggemar fotografi yang saling berkompetisi untuk mengabadikan momen yang menarik dengan kamera. Tradisi Omed-omedan diperkirakan ada sejak abad ke-17. Sebagian orang percaya bahwa tradisi Omed-omedan berasal dari Kerajaan Puri Oka, yang terletak di selatan Denpasar. Saat itu, masyarakat berusaha membuat permainan menarik. Permainan ini menjadi semakin menarik seiring waktu dan berubah menjadi saling rangkul. Akibat aksi permainan itu, suasana menjadi gaduh. Raja Puri Oka yang sakit menjadi marah. Berisik itu mengganggunya. Namun, ketika raja keluar dan melihat permainan Omed-omedan, ia malah sembuh dari sakitnya. Sejak saat itu, sang raja mengadakan Omed-omedan setiap tahun saat menyalakan api pertama atau Ngembak Geni usai Hari Raya Nyepi. Tradisi Omed-omedan telah dihentikan di Desa Sesetan. Kejadian aneh terjadi saat dihentikan: dua ekor babi bertengkar di depan pelataran pura. Tradisi Omed-omedan akhirnya dilakukan kembali karena masyarakat menganggap peristiwa itu sebagai pertanda buruk.

Henryan Wijayanto, Industri Pariwisata UPI Kampus Sumedang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun