Bila mendengar kata "tradisi" pasti sudah tidak asing didengar oleh orang - orang. Tradisi adalah kata yang berasal dari Bahasa latin "Tradio" artinya diteruskan atau kebiasaan. Jadi dapat disimpulkan tradisi memiliki arti turun temurun atau yang diwariskan dari generasi sebelumnya untuk generasi selanjutnya.Â
Menurut Kamus Antropologi, Tradisi sama dengan adat yaitu adat istiadat yang bersifat magis-religius dari kehidupan masyarakat adat meliputi nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan yang saling berkaitan satu sama lain kemudian menjadi suatu sistem . atau regulasi yang dibuat dan berisi semua konsep sistem budaya budaya untuk pengaturan kegiatan sosial.Â
Menurut Kamus sosiologi, Tradisi diartikan sebagai adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun dapat dipelihara. Menurut Arriyono dan Siregar, Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi juga memiliki fungsi antara lain,Â
- Sebagai kebijakan turun temurun
- Memberi pengakuan terhadap pandangan hidup
- Menyediakan symbol identitas suatu suku atau bangsa
- Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, ketidakpuasan, dan kekecewaan kehidupan modern
Tradisi yang masih dilestarikan sampai saat ini oleh  masyarakat Jawa Tengah diantaranya:
- Upacara Ruwatan
Upacara Ruwatan atau biasa disebut sebagai upacara pembuang sial. Ruwat sendiri dalam bahasa Jawa sama dengan kata luwar berarti dilepas atau dibebaskan. Hal ini dilakukan oleh anak yang memiliki rambut ikal dan gimbal yang dianggap sebagai buto ijo.
- Upacara Padusan
Upacara Padusan dilakukan saat bulan Ramadhan akan tiba. Padusan berasal dari kata "adus" yang berarti mandi dan dapat disimpulkan upacara yang bertujuan untuk membersihkan diri baik raga, hati, jiwa, pikiran untuk menyambut bulan Ramadhan yang penuh berkah. Upacara ini adalah peninggalan dari Walisongo saat menyebarkan ajaran islam di tanah Jawa.
- Upacara Nyadran
Sama halnya seperti Upacara Padusan, Upacara Nyadran ini dilakukan saat memasuki bulan Ramadhan untuk ziarah kubur atau mengunjungi makam leluhur untuk berdoa sambil membawa kemenyan, bunga, dan air. Upacara ini juga diwariskan oleh Walisongo saat menyebar ajaran Islam.
- Upacara Kenduren
Kenduren atau arti lainnya  selametan yaitu kegiatan doa Bersama yang dipimpin oleh tokoh Agama atau orang yang dituakan. Pada zaman dahulu upacara ini terbilang sakral karena sajiannya berupa sesajen sebagai persembahan. Seiring perkembangan zaman sajiannya pun berubah menjadi acara makan Bersama setelah selesai melakukan doa.
- Upacara Larung Saji
Tradisi Larung Saji ini bisa ditemui di daerah pesisir pantai Utara dan Selatan. Cara melakukan upacara ini adalah dengan menghanyutkan beberapa bahan makanan, hasil panen dan hewan sembelihan menggunakan perahu dengan tujuan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang maha esa akan hasil laut yang diberikan. Dan juga mendoakan keselamatan para nelayan laut yang sedang melaut. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram atau 1 Suro
Upacara - Upacara tersebut saat ini masih di rutin di lakukan oleh masyarakat di Jawa Tengah demi untuk mengurangi kelunturan nilai budaya serta tradisi di daerahnya sendiri.Â
Meskipun beragam tradisi yang di lakukan tetapi masing masing dari tradisinya mempunyai unsur dan nilai yang berbeda seperti pada Upacara Ruwatan yang dimana upacara ini bertujuan untuk melepaskan seseorang dari kutukan atau hal - hal sial dengan memotong rambut lalu ditutup dengan mengkubur hasil potongan rambut tersebut.Â
Upacara Padusan bertujuan untuk menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan dengan mandi yang bertujuan mengilangkan semua jenis kekotoran yang menepel pada tubuh.Â
Upacara Nyadran atau biasa dikenal dengan ziarah kubur, yaitu dengan membersikan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan serta mengirimkan doa.Â
Upacara Kenduren, upacara ini berupa acara makan bersama setelah bersama - sama selesai  berdoa.
Upacara Larung Saji, Upacara ini dilakukan setiap tanggal 1 suro. Tradisi ini dilakukan dalam wujud syukur atas nikmat dan rezeki yang diberikan tuhan.
Semua tradisi tersebut dapat di terima oleh masyarakat setempat dan dapat dilakukan dengan baik.
Referensi : https://kids.grid.id/read/473250955/5-jenis-upacara-adat-jawa-tengah-yang-masih-dilestarikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H