Artikel ini mengkritik viralnya konten sensasional, bukan konten sensasional itu sendiri, yang terjadi karena konten sensasional ditonton lebih sering daripada konten edukatif, sehingga "memaksa" content creator untuk membuat konten sensasional.Â
Akibatnya, content creator baru lebih termotivasi untuk membuat konten sensasional daripada konten edukatif, sehingga media sosial dipenuhi oleh konten sensasional, tanpa adanya konten edukatif.
Apakah Saya Mengkritik Kompasiana?
Sama sekali tidak. Sebaliknya, saya malah mendukung Kompasiana tetap seperti ini. Jika dari K-Rewards seseorang berpotensi mendapatkan Rp10 juta per bulan, saya yakin konten-konten di Kompasiana akan 100% politik.Â
Penulis nonpolitik, apalagi psikologi seperti saya tentu sudah tenggelam dan tidak berada di sini lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H