Cita-cita merupakan fitrah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Dengan cita-cita, manusia akan memiliki harapan di masa depan, lalu berusaha dan berdoa untuk mencapainya, sehingga dirinya terus berkembang.
Akal menjadi lebih tajam sehingga mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk perkembangan dunia. Hati pun menjadi lebih lembut sehingga lebih bijaksana dalam menghadapi masalah. Demikianlah cita-cita membuat seseorang menjadi sosok yang lebih pandai dan mulia.
Cita-cita dalam hati seseorang membentuk ideal-self, yaitu sosok ideal yang ingin dicapai pada masa depan. Di sisi lain, terdapat real-self yaitu sosok nyata diri seseorang yang ada pada saat ini.
Secara naluriah, bahkan tanpa disadari, real-self selalu bergerak menuju ideal-self. Semakin dekat real-self dengan ideal-self, maka seseorang akan semakin mencintai dirinya. Sebaliknya, semakin jauh real-self dengan seseorang, maka seseorang akan semakin membenci dirinya.
(Silakan baca artikel sebelumnya yang berjudul Mencintai Diri Sendiri Tak Semudah Mencintai Orang Lain, Mengapa? untuk mendapatkan penjelasan mengenai teori real-self dan ideal-self secara rinci)
Namun, adakalanya seseorang memiliki cita-cita yang terlalu besar, bahkan mustahil dicapai oleh manusia manapun. Dia sudah bekerja keras dan mengasah diri, bahkan tiada hari yang dilalui tanpa rasa lelah. Akan tetapi, dia tidak akan pernah bisa mencapai ideal-self-nya, sehingga selalu membenci dirinya sendiri. Ilustrasinya digambarkan sebagai berikut:
Akan tetapi, ideal-self terletak jauh dalam ketidaksadaran, sehingga sulit untuk dipikirkan secara rasional. Jika kamu memiliki masalah seperti gambar di atas, maka langkah satu-satunya ialah menurunkan ideal-self yang kamu miliki. Lantas, bagaimana cara mengakses ideal-self yang di dalam ketidaksadaran?
Ada dua cara yang bisa dilakukan. Pertama, meminta bantuan temanmu. Kamu bisa mengajaknya berdiskusi. Awali percakapan dengan bercerita bahwa kamu memiliki cita-cita yang terlalu banyak. Lalu, ceritakanlah seluruh cita-citamu kepadanya, baik yang belum tercapai maupun yang sudah tercapai.
Setelah itu, mintalah pertimbangan temanmu apakah cita-cita yang kamu miliki sudah rasional untuk dicapai atau belum. Kalau belum, maka ganti dan/atau hapuslah cita-cita yang bersifat tidak rasional, sehingga ideal-self-mu akan menurun sesuai dengan kapasitas real-self-mu.
Namun, kamu tidak perlu menerima 100% pertimbangan dari temanmu. Pertimbangan dari pikiranmu sendiri sangatlah penting agar dirimu mampu menerimanya secara sadar, sehingga "cita-cita barumu" bisa terinternalisasi ke dalam ketidaksadaranmu.