Mohon tunggu...
Henri Satria Anugrah
Henri Satria Anugrah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Konten Pengembangan Diri

Membacakan hasil tulisan di channel Youtube bernama Argentum (https://www.youtube.com/c/Argentum-ID/)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Perasaan Cemas Sepenuhnya Buruk?

9 Oktober 2019   16:52 Diperbarui: 9 Oktober 2019   19:39 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cemas ketika bekerja, sumber: pixabay.com

Semua orang pasti pernah mengalami cemas dalam hidupnya. Ketika menjalani hidup, selalu ada masalah yang membuat kita cemas. Misalnya, ketika besok akan menghadapi ujian sekolah, kita akan merasa cemas. Semakin mendekati hari ujian, kita semakin sering memikirkan akan ujian tersebut. 

"Bagaimana bentuk soal ujiannya besok?, "Apakah soal ujiannya akan sulit?", "Sudahkah aku mempersiapkan diri dengan baik?" merupakan hal yang paling sering terbesit sebelum melaksanakan ujian, yang menandakan bahwa kita sedang merasa cemas. Lantas, apa yang dimaksud dengan cemas?

Cemas adalah reaksi mental terhadap suatu peristiwa (misalnya, ujian) yang membuat kita khawatir dan selalu memikirkan peristiwa tersebut. Kecemasan merupakan hal yang wajar dialami oleh seluruh manusia, sebagai respons alamiah terhadap suatu masalah untuk memperingati diri bahwa terdapat suatu masalah yang harus diselesaikan. 

Misalnya, cemas terhadap ujian yang akan dihadapi besok, membuat kita khawatir akan ujian tersebut sehingga lebih terpacu untuk belajar. Contoh ekstrem, ketika ada mobil yang melaju kencang ke arah kita, cemas akan membuat kita menghindari mobil tersebut. Bayangkan jika tidak ada cemas, apakah ujian kita pada esok hari akan berjalan lancar dan hasilnya akan memuaskan? Apakah kita akan selamat dari mobil yang melaju kencang ke arah kita?

Cemas merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi manusia. Pada kadar yang tepat, cemas dapat membuat kualitas performansi kerja menjadi lebih optimal. Hal ini dapat dijelaskan dengan Hukum Yerkes-Dodson: cemas yang terlalu sedikit akan membuat seseorang menjadi kurang termotivasi untuk bekerja, sedangkan cemas yang berlebihan akan menghambat proses berpikir. Grafik antara cemas dan performansi kerja dapat digambarkan sebagai berikut:

Ilustrasi Hukum Yerkes-Dodson, dibuat sendiri oleh penulis
Ilustrasi Hukum Yerkes-Dodson, dibuat sendiri oleh penulis
Jika Tingkat Rasa Cemas Terlalu Tinggi atau Terlalu Rendah, Bagaimana Cara Membuatnya pada Taraf Sedang?

Salah satu metode mengontrol rasa cemas ialah reappraisal, yaitu memikirkan kembali masalah atau situasi yang sedang dihadapi. Jika merasa tingkat rasa cemas terlalu tinggi, sebaiknya kita melakukan reappraisal agar menyadari bahwa sesungguhnya yang masalah yang sedang kita hadapi tidak seberat yang kita pikirkan sebelumnya. 

Misalnya, jika rasa cemas terhadap ujian besok terlalu tinggi, kita bisa melakukan reappraisal bahwa ujian besok tidak semenakutkan yang kita pikirkan sebelumnya; kita bisa berpikir bahwa "Oh, materi ujian besok ialah BAB 1 sampai 3, aku telah mempelajari semuanya sehingga aku sudah memahami materinya dan siap menghadapi ujian besok". Dengan demikian, rasa cemas akan menurun karena mental kita menyadari bahwa ternyata ujian besok tidak semenakutkan yang dipikirkan sebelumnya.

Lantas, bagaimana jika rasa cemas kita terlalu rendah? Sebaiknya kita melakukan reappraisal agar menyadari bahwa sesungguhnya sesuatu yang kita hadapi merupakan masalah yang harus diatasi. Misalnya, jika rasa cemas akan ujian besok terlalu rendah sehingga malas belajar, kita bisa memikirkan akibat yang ditimbulkan jika ujian besok berjalan dengan buruk. 

Kita bisa berpikir bahwa "Wah, jika hasil ujianku besok buruk, maka akan berdampak pada sulitnya mendaftar pekerjaan karena perusahaan pasti enggan menerima orang dengan nilai transkrip ijazah yang buruk" Dengan demikian, akan timbul rasa cemas yang membuat kita lebih termotivasi, sehingga mencapai performansi maksimal dalam bekerja.

Kesimpulannya, cemas tidak sepenuhnya buruk. Rasa cemas menandakan bahwa kamu sedang hidup di dunia dan sedang menghadapi masalah dalam kehidupan nyata (emang ada hidup tanpa masalah?). Namun, rasa cemas sebaiknya diterima dan dikendalikan. Jangan sampai cemas mengambil alih tubuhmu, tetapi jangan juga menghindari cemas secara mutlak (kalau tidak cemas, berarti tidak produktif, dong?)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun