Mohon tunggu...
Henri Satria Anugrah
Henri Satria Anugrah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Konten Pengembangan Diri

Membacakan hasil tulisan di channel Youtube bernama Argentum (https://www.youtube.com/c/Argentum-ID/)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kapan Sebaiknya Kita Memuji dan Memarahi Orang Lain?

8 Oktober 2019   16:21 Diperbarui: 9 Oktober 2019   15:57 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Memarahi Orang Lain, Sumber: pexels.com

Memuji dan memarahi merupakan dua hal yang biasa kita lakukan kepada orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seringkali kita mendengar pujian diberikan kepada orang-orang yang hebat, melakukan hal baik, berbakat, dan menyenangkan. 

Seringkali pula kita mendengar omelan kepada orang yang payah, melakukan hal yang buruk, tidak berbakat, dan menyebalkan. Pujian dan omelan tersebut orang lakukan dalam rangka mengekspresikan perasaannya kepada orang lain.

Akan tetapi, seringkali dalam memuji dan memarahi, orang tidak mempertimbangkan atau bahkan tidak mengetahui tujuan dan dampak dari pujian dan omelan yang dilakukannya. Di mana letak kesalahan orang-orang dalam memuji dan memarahi? Bagaimana cara memuji dan memarahi orang lain secara tepat?

Dalam psikologi, terdapat teori paling sederhana yang disebut behaviorisme. Teori ini dipelopori oleh John B Watson pada 1913, dan diteruskan oleh beberapa tokoh lainnya seperti, Edward Thorndike, B. F. Skinner, dll . Bahkan hingga saat ini, teori tersebut terus berkembang (meskipun tidak terlalu pesat) dan sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip dasar dari teori tersebut sangatlah sederhana: 

  1. Setiap stimulus (rangsangan/perlakuan) akan menghasilkan respons.
  2. Stimulus yang menyenangkan (misalnya, pujian) akan menguatkan respons/perilaku pada waktu yang akan datang (memicu perilaku untuk muncul kembali).
  3. Stimulus yang tidak menyenangkan (misalnya, omelan) akan melemahkan respons/perilaku pada waktu akan datang (memicu perilaku untuk tidak muncul kembali).

Tentunya teori di atas belum tentu dapat diterapkan pada semua keadaan dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, orang yang berprinsip kuat dalam merintis bisnis belum tentu akan menghentikan bisnisnya, meskipun orang-orang disekitarnya berpendapat negatif dan menyuruhnya untuk berhenti). 

Akan tetapi, dalam seting dunia kerja, teori ini sangat efektif untuk diterapkan pada karyawan (misalnya, karyawan yang berkinerja baik akan mendapatkan promosi jabatan atau kenaikan gaji, sedangkan karyawan yang berkinerja buruk akan mendapatkan demosi jabatan atau penurunan gaji). Selain itu, teori behaviorisme juga efektif diterapkan kepada anak-anak.

Berdasarkan jabaran mengenai teori behaviorisme di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip behaviorisme yang sangat sederhana itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berpegang pada teori behaviorisme, saya akan membahas tentang dua pertanyaan pada paragraf pertama, yaitu: "Di mana letak kesalahan orang-orang dalam memuji dan memarahi?" dan "Bagaimana cara memuji dan memarahi orang lain secara tepat?"

Kesalahan Umum dalam Memuji dan Memarahi Orang Lain
Teori behaviorisme menjelaskan bahwa ketika kita sedang memuji atau memarahi orang lain, sesungguhnya kita sedang menguatkan atau melemahkan perilaku. Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Tentunya kita memuji orang lain dengan harapan bahwa perilaku baik (misalnya, anak yang mengerjakan PR, karyawan yang berkinerja baik, teman yang menolong kita) akan terulang pada masa yang akan datang. 

Sebaliknya, tentu kita memarahi orang lain dengan harapan bahwa perilaku buruk (misalnya, anak tidak mengerjakan PR, karyawan berkinerja buruk, teman yang malah bermain HP ketika kita sedang berbicara) akan tidak terulang pada masa yang akan datang. Dengan demikian, timbul pertanyaan bahwa "perilaku seperti apa yang sebaiknya dipuji atau dimarahi?"

Perilaku yang sebaiknya dipuji atau dimarahi ialah perilaku yang disengaja. Perilaku yang disengaja tentunya lebih berpotensi untuk muncul pada masa yang akan datang daripada perilaku yang tidak disengaja. Contoh-contoh yang saya berikan di atas merupakan perilaku yang disengaja (misalnya, anak yang mengerjakan/tidak mengerjakan PR, karyawan yang berkinerja baik/buruk, teman yang menolong/bermain HP).

Namun, seringkali kita temui orang yang memuji atau memarahi perilaku yang tidak disengaja yang dilakukan oleh orang lain. 

Misalnya, seseorang yang memarahi orang lain karena lupa (padahal kita semua tahu bahwa lupa merupakan hal yang lumrah terjadi pada pikiran manusia), seseorang yang memuji orang lain karena kemampuan yang dimilikinya (misalnya, mahasiswa universitas favorit "Wah, kamu hebat ya bisa masuk UGM", anak berbakat "Wah, hebat ya kamu memiliki IQ 150".

Atau "Wah, hebat ya kamu bisa melukis lebih baik dari teman-temanmu", wanita cantik "Wah, di kelas ini ternyata kamu yang paling cantik ya!". Tentunya pujian pada contoh-contoh berikut tidak terlalu bermanfaat karena hal tersebut merupakan perilaku yang wajar dan hal yang melekat dalam diri seseorang (bukan hasil latihan/usaha/perjuangan).

Dampak dari Kesalahan dalam Memuji dan Memarahi Orang Lain
Kesalahan dalam memuji dan memarahi dapat menyebabkan gangguan mental pada diri seseorang. Salah satu gangguan mental tersebut ialah kecemasan berupa self-punishment yaitu mengutuk diri sendiri karena penguatan/pelemahan perilaku (khususnya, pelemahan) yang salah.

Misalnya, seorang anak yang mengalami lupa dimarahi oleh ibunya "Dasar anak bodoh, masih kecil kok bisa lupa?". Anak tersebut dapat mengalami self-punishment karena menganggap lupa ialah hal yang bodoh, sehingga ia terlalu takut (karena telah dimarahi/diberi pelemahan) untuk mengalami lupa. Padahal, kita semua tahu bahwa lupa merupakan fenomena pikiran yang wajar untuk dialami semua orang.

Bagaimana Cara Memuji dan Memerahi Orang Lain secara Tepat?
Setelah membaca jabaran di atas, tentunya kita mengetahui bahwa yang sebaiknya dipuji atau dimarahi ialah perilaku yang disengaja. Perilaku disengaja adalah perilaku yang dapat dikontrol dan disadari oleh seseorang. 

Misalnya, jika kita meminta tolong kepada seseorang untuk membeli 10 barang di supermarket dan meminta dia untuk mencatat nama 10 barang itu, namun dia tidak mencatatnya dan hanya membelikan kita 8 barang karena lupa, maka yang seharusnya kita memarahi karena dia tidak mencatat permintaan kita, bukan karena dia lupa. 

Selain itu, jika kita ingin memuji kemampuan orang lain, pujilah kemampuan yang diperoleh dari hasil latihan/usaha/perjuangan, bukan kemampuan bawaan seperti IQ/kecantikan/ketampanan/bakat tertentu. 

Bahkan, sebaiknya kita pun memuji proses latihan/usaha/perjuangan dari orang lain agar dia menjadi lebih bersemangat. Misalnya, jika temanmu diterima sebagai mahasiswa universitas favorit karena dia belajar dengan keras, maka pujilah hasil bersamaan dengan proses belajarnya, sehingga semangat belajarnya akan terus berulang ketika dia memulai proses pembelajaran di universitas tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun