Misalnya, seseorang yang memarahi orang lain karena lupa (padahal kita semua tahu bahwa lupa merupakan hal yang lumrah terjadi pada pikiran manusia), seseorang yang memuji orang lain karena kemampuan yang dimilikinya (misalnya, mahasiswa universitas favorit "Wah, kamu hebat ya bisa masuk UGM", anak berbakat "Wah, hebat ya kamu memiliki IQ 150".
Atau "Wah, hebat ya kamu bisa melukis lebih baik dari teman-temanmu", wanita cantik "Wah, di kelas ini ternyata kamu yang paling cantik ya!". Tentunya pujian pada contoh-contoh berikut tidak terlalu bermanfaat karena hal tersebut merupakan perilaku yang wajar dan hal yang melekat dalam diri seseorang (bukan hasil latihan/usaha/perjuangan).
Dampak dari Kesalahan dalam Memuji dan Memarahi Orang Lain
Kesalahan dalam memuji dan memarahi dapat menyebabkan gangguan mental pada diri seseorang. Salah satu gangguan mental tersebut ialah kecemasan berupa self-punishment yaitu mengutuk diri sendiri karena penguatan/pelemahan perilaku (khususnya, pelemahan) yang salah.
Misalnya, seorang anak yang mengalami lupa dimarahi oleh ibunya "Dasar anak bodoh, masih kecil kok bisa lupa?". Anak tersebut dapat mengalami self-punishment karena menganggap lupa ialah hal yang bodoh, sehingga ia terlalu takut (karena telah dimarahi/diberi pelemahan) untuk mengalami lupa. Padahal, kita semua tahu bahwa lupa merupakan fenomena pikiran yang wajar untuk dialami semua orang.
Bagaimana Cara Memuji dan Memerahi Orang Lain secara Tepat?
Setelah membaca jabaran di atas, tentunya kita mengetahui bahwa yang sebaiknya dipuji atau dimarahi ialah perilaku yang disengaja. Perilaku disengaja adalah perilaku yang dapat dikontrol dan disadari oleh seseorang.Â
Misalnya, jika kita meminta tolong kepada seseorang untuk membeli 10 barang di supermarket dan meminta dia untuk mencatat nama 10 barang itu, namun dia tidak mencatatnya dan hanya membelikan kita 8 barang karena lupa, maka yang seharusnya kita memarahi karena dia tidak mencatat permintaan kita, bukan karena dia lupa.Â
Selain itu, jika kita ingin memuji kemampuan orang lain, pujilah kemampuan yang diperoleh dari hasil latihan/usaha/perjuangan, bukan kemampuan bawaan seperti IQ/kecantikan/ketampanan/bakat tertentu.Â
Bahkan, sebaiknya kita pun memuji proses latihan/usaha/perjuangan dari orang lain agar dia menjadi lebih bersemangat. Misalnya, jika temanmu diterima sebagai mahasiswa universitas favorit karena dia belajar dengan keras, maka pujilah hasil bersamaan dengan proses belajarnya, sehingga semangat belajarnya akan terus berulang ketika dia memulai proses pembelajaran di universitas tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H