Dalam sebuah catatan tertulis yang sudah dipersiapkan, Alan Feinstein bercerita panjang lebar mengenai sosok O’ong Maryono ini (lain keempatan teksnya akan dimuat di sini, hn). Menurut Alan, Mas O’ong seorang realistis dan seorang practitioner dan bukan seorang yang suka mengulang-ulang slogan-slogan kosong seperti “melestarikan khasanah budaya kita” dsb.. dsb… Dia sungguh pandai dalam hal cross cultural, menjadi duta silat di berbagai negara, dan jarang sekali ada orang secakap itu dalam hal-hal budaya.
“Saya harap Mas O’ong bisa menjadi tauladan untuk kita semua, khususnya bagi yang berkecimpung dalam bidang budaya, bagaimana menghadapi tantangan dan perubahan jaman terhadap bentuk budaya yang kaya sejarah dan sarat dengan nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial. Sebuah bentuk budaya seperti silat akan mudah labil dan makin tergeser kalau tidak dijaga dan dipelihara dengan baik oleh para guru dan muridnya. Itulah yang saya baca dari teman saya O’ong Maryono,” tukas Alan Feinstein.
Dan yang merupakan warisan O’ong yang sangat monumental adalah sebuah buku berjudul “Pencak Silat Merentang Waktu” yang terbit tahun 1999, cetak ulang dengan revisi tahun 2000, namun hingga sepuluh tahun kemudian belum ada buku serupa yang ditulis orang lagi. “Itulah yang juga meresahkan Mas O’ong,” kata Lia Sciortino.
Maka sebagai bentuk realisasi dari cita-cita O’ong Maryono untuk meneruskan publikasi, penelitian dan penerbitan mengenai pencak silat, Lia dan teman-temannya membuat program hibah kecil bernama “O’ong Maryono Pencak Silat Award”. Lantas dibentuklah lembaga bernama “Indonesia untuk Kemanusiaan – IKA” yang memberi kesempatan bagi siapapun untuk mengajukan dana hibah bagi program penelitian, penerbitan dan publikasi terkait pencak silat. “Sekaranglah sya kuncurkan program award ini, mohon disebarluaskan demi cita-cita suami saya yang sangat tercinta,” ujar Lia penuh haru.
Dalam acara Haul yang berlangsung semarak itu, dipungkasi dengan pertunjukan monolog Butet Kertarajasa, yang pernah disampaikan dalam acara mengenang 100 Hari O’ong Maryono. Salinan monolog ini akan disampaikan dalam kesempatan lain. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H