Rasanya baru kali inilah saya begitu bersemangat dalam kampanye Pemilu, khususnya dalam hal ini Pemilihan Presiden (Pilpres). Baru kali ini saya menyadari bahwa banyak orang, termasuk saya, yang tidak berahasia lagi mengenai pilihannya. Jokowi pun muncul, membacakan maklumat Jokowi untuk rakyat. Dan saya makin terhanyut dalam keharuan luar biasa. Saya tidak sadar kalau sedang berpuasa, suara saya serak. Saya mencoba bertahan. Saya yakinkan diri sendiri, bahwa saya adalah bagian dari mereka. Bukan penonton, apalagi orang yang hanya diam sambil menunggu nasib baik siapa yang menang. Tidak, saya sudah berpihak. Saya mendukung Jokowi, termasuk segala konsekuensi yang bakal saya hadapi.
Menjelang magrib, Jokowi sudah meninggalkan arena. Giliran Quraisy Syihab memimpin doa. Duh Gusti…. Doanya sejuk sekali. Doa buat anak-anak bangsa ini, bukan doa yang memaksa Tuhan untuk memenangkan Jokowi. Doa itu untuk keselamatan bangsa, untuk kedamaian, untuk calon pemimpin yang rahmatan lil alamin. Aku saksikan sendiri, anak-anak Slanker yang semula teriak-teriak itu kini hanyut dalam kesyahduan doa yang menggetarkan itu.
Saat maghrib sudah tiba. Saya bersama Amran dan Syibli, yang bertemu di tengah kerumunan itu, duduk minum dan makan takjil untuk membatalkan puasa. Seusai itu, saya keluarkan beberapa tas kresek yang saya bawa. Saya keliling ikut mengumpulkan sampah-sampah berserakan. Sambil mendatangi anak-anak muda ang duduk-duduk, saya sodorkan tas kresek agar mereka memasukkan sampah ke dalamnya, dan saya berkata, “ayo… pendukung Jokowi cinta kebersihan.”
Sekian saja yaa…. #salamduajari. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H