Mohon tunggu...
Henrikus Harkrismoyo Vianney
Henrikus Harkrismoyo Vianney Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa S1

Saya adalah seorang mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hobinya mendengarkan lagu, menulis, dan menjadi pembawa acara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bangkitnya Gairah Netizen untuk Terjun dalam Citizen Journalism (CJ)

23 November 2023   09:04 Diperbarui: 23 November 2023   09:09 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi praktik citizen journalism. Sumber: crowdynews.com

Citizen Journalism atau kerap disingkat CJ adalah aktivitas dimana seseorang biasa dapat mengambil peran aktif dalam proses jurnalistik yakni mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, serta menyebarluaskan berita dan informasi (Widodo, 2020, h.66). Dalam bahasa Indonesia, istilah ini diartikan sebagai jurnalisme warga. 

Aktivitas ini sangat mungkin terjadi dan bahkan semakin marak berkat adanya kemajuan teknologi komunikasi serta digitalisasi. Mengapa? Karena kini audiens sudah menjadi prosumen (produsen sekaligus konsumen) dalam konten informasi.  Peningkatan penetrasi internet di Indonesia juga turut berpengaruh penting di dalamnya. 

CJ ini memiliki karakteristik yang khas. Karakternya ialah berita, informasi, dan komentar yang ada dapat diupdate secara reguler dan cepat. Kok bisa? Karena orang-orang atau pelaku di dalamnya adalah non professional dan juga bisa jadi professional. Artinya ada fleksibilitas dalam aspek produksi dan siapa saja mampu berkontribusi di dalamnya selagi informasi yang mau diproduksi itu adalah "berita".  

Tuai Pro dan Kontra

Kehadirannya di tengah pusaran khalayak pun tentu membawa efek pro dan kontra. Dari sisi pro, CJ ini dirasa mampu melihat sebuah isu dari market yang kurang diperhatikan oleh media mainstream. Selain itu, CJ ini juga sebagai media untuk menyuarakan suara yang kerap atau bahkan sering diabaikan oleh media mainstream. 

CJ sekaligus menjadi watchdog. Watchdog berarti warga yang tergabung dalam CJ ini turut menjaga independensi informasi berita yang dikeluarkan oleh media mainstream. Sebab, biasanya media mainstream ini sering dikontrol secara sepihak oleh ideologi pemilik medianya (Widodo, 2020, h.69). Karakteristik terakhir, CJ ini biasanya berada dalam lingkup lokal atau suatu daerah saja.  

Sementara untuk sisi kontranya, CJ ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama, pelaku yang terlibat di dalamnya tidak pernah mendapatkan pelatihan jurnalistik serta kekurangan dalam hal koneksi dan akses informasi. Dengan begitu, mereka sudah jelas kurang terlatih secara profesional. 

Kedua, informasi yang dimuat pun cenderung tidak lengkap karena mengutamakan kecepatan distribusi kepada khalayak. Hal ini berbeda sekali dengan media mainstream yang minimal harus mengungkapkan 5W 1H dalam sebuah peristiwa serta mengandung nilai berita. Nilai-nilai itu seperti significance, timeliness, magnitude, proximity, prominence, dan human interest. 

Merapi Uncover, Salah Satu Bentuk dari CJ

Screenshot profil Instagram merapi-uncover. Sumber: instagram.com/merapi_uncover/
Screenshot profil Instagram merapi-uncover. Sumber: instagram.com/merapi_uncover/

Akun media sosial bernama merapi_uncover ini adalah salah satu bentuk dari citizen journalism. Mereka tidak termasuk dalam media professional, tidak memiliki wartawan profesional, dan tentu saja tidak berada di bawah payung hukum Dewan Pers. Akun ini tersedia di platform Instagram dan X.  Bahkan pengikut mereka di Instagram pun tidak tanggung-tanggung yakni sebanyak 380 ribu pengikut. 

Menurut Agustina dan Adi (2023, h.276), akun merapi_uncover ini dibuat oleh Totok Hartanto pada tahun 2011 dengan background bukan sebagai jurnalis profesional. Awalnya, media ini bernama Merapi_news yang dibuat untuk menginformasikan aktivitas Gunung Merapi. Akan tetapi, akun ini kemudian hilang pada tahun 2020 dan kemudian dibuat lagi dengan berganti nama menjadi Merapi_uncover (Agustina & Adi, 2023, h.277). Target audiensnya adalah masyarakat di sekitar kawasan Gunung Merapi yakni Boyolali, Sleman, Magelang, Klaten, dan sekitarnya.

Akun ini digunakan sebagai sarana untuk berbagi informasi seperti pengumuman kehilangan, kejadian kecelakaan, dan informasi penting lainnya.  Salah satu berita yang diunggah di akun ini pada hari Selasa, 21 November 2023 lalu yaitu kejadian kebakaran di TPA Sampah Desa Gedongan Muruh, Gantiwarno, Klaten pada pukul 14.00 WIB. Diketahui melalui caption yang ada, berita ini diperoleh dari pengguna instagram bernama @fandypringgaa. Artinya, akun Merapi_uncover ini juga dijadikan sebagai ruang bagi pelaku CJ lain untuk menyebarkan karyanya.  

Namun sayangnya, informasi yang ada di CJ ini pun tidak selengkap seperti yang ada di media mainstream. Misalnya dalam aspek 5W dan 1H yang harus termuat dalam berita. CJ ini cenderung hanya mengutamakan 3-4 aspek saja karena mereka fokus mengejar kecepatan distribusi informasi kepada pengikutnya. 

Jika menunggu informasi sampai lengkap, maka distribusi kontennya pun akan terhambat. Agustina dan Adi (2023, h.279) pun menegaskan dalam jurnalnya bahwa Merapi_uncover ini memiliki kriteria dalam menyebarkan informasi hanya dari segi apa (what), kapan (when), dan siapa (who) saja. 

Terakhir, CJ ini pun bebas dari berita yang memuat kepentingan apapun entah itu politik dan sebagainya. Jadi, murni untuk kepentingan publik saja. Merapi Uncover tidak membantu dalam mempromosikan atau melakukan pencitraan terhadap partai politik atau tokoh tertentu (Agustina dan Adi, 2023, h.282). Hal ini pun dilakukan agar masyarakat itu bisa tetap percaya terhadap informasi yang diberikan karena sifat mereka yang netral.  

CJ Memiliki Warna Tersendiri dalam Jurnalisme 

Dengan demikian, CJ ini memang bisa dikatakan sebagai sarana yang bagus dan baik untuk mendukung adanya kolaborasi dari warga dalam hal pemberian informasi yang sifatnya penting dan umum diketahui khalayak. Dengan adanya partisipasi ini, lantas berita dan informasi pun dapat dilihat dari berbagai perspektif yang ada sehingga lebih komprehensif. 

Target audiensnya pun spesifik yakni area lokal masing-masing daerah saja. Dengan begitu, aspek kedekatan atau proximity menjadi nilai yang paling unggul jika dikaitkan dengan konteks CJ. Oleh sebab itu, tidak heran memang bahwa CJ ini adalah pihak pertama dalam memberikan informasi terkini kepada masyarakat jika sebuah peristiwa yang mengandung nilai berita. Misalnya, kasus bencana alam di daerah dan lain-lain.  

Saya pribadi pun berharap agar ke depannya, semoga CJ ini bisa semakin meluas dan marak ada di daerah masing-masing untuk menjadi portal diskusi terhadap isu-isu lokal yang terjadi. 

Selain itu, peran sebagai watchdog juga tidak kalah krusial untuk menjadi pembanding dan menjaga independensi dari berbagai media mainstream. Kendati pendanaan yang sering menjadi problem utama dan tantangannya, tetapi berkat adanya kesamaan visi dan urgensi, bukan tidak mungkin sebuah CJ ini bisa lahir dari sekelompok orang biasa saja. 

Salam jurnalisme warga.. 

Daftar Pustaka: 

Agustina, D. P. & Adi, L. J. (2023). Analisis praktik citizen journalism pada akun twitter merapi uncover dalam menerapkan kode etik jurnalistik. Jurnal PIKMA (Publikasi Media dan Cinema)5(02), 272-287. 

Merapi uncover. (2023, November 22) Kebakaran di tpa sampah desa gedongan muruh, klaten. Instagram. Diakses dari https://www.instagram.com/p/Cz5vJ3ZrQml/?igshid=NTYzOWQzNmJjMA== 

Widodo, Y. (2020). Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun