Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tanda Mata Romo

18 Desember 2024   09:23 Diperbarui: 27 Desember 2024   23:05 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanda Mata Romo

Gadis itu lemas berbaring sembari tangan mendekap erat boneka hadiah terakhir. Sesekali tangannya berusaha membelai bingkai foto pria gagah yang tergeletak di samping wajah manisnya. Tangisnya mungkin reda, tapi hatinya hancur berkeping-keping.

Ibu yang sedari sore berusaha menenangkan. Tak henti-henti membelai rambut buah hati semata wayangnya itu. Segala cara ia kerahkan agar putrinya mau mengerti, tetapi putrinya masih diam membisu.

... ... ...

Entah setan apa yang merasuki Febi sore itu sepulang dari bermain, ia masuk dengan membanting pintu kamar sangat keras. Ibu yang saat itu menanak nasi seketika terhenyak. Kira ibunya barangkali ada yang salah dari perayaan ulang tahunnya hari ini.

Wanita paruh baya itu berada di dua pilihan. Ia tinggalkan nasi yang belum matang atau beranjak menenangkan putri kesayangannya. Febi menangis sejadi-jadinya, tangisnya seolah mencabik lembut hati ibunya itu.

Ia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Lembut tangannya pelan-pelan mengaduk nasi yang sebentar lagi matang. Bau kunir dan wangi pandan menyeruak seisi rumah. Perihal seperti ini tak satu dua kali terjadi, tetapi ibunya mengerti ini bukan salah putrinya, dan bukan pula salah ia melahirkan. Sang Ibu kemudian mendesir.

Tiga tahun mereka berdua tinggal bersama. Dan tiga tahun pula rumah yang mereka huni tidak pernah lagi ada seorang pria. Cinta yang terpatri di benak ibunya tak pernah goyah. Ia hanya tak mau sosok yang dicintainya menunggu sendiri di sana.

"Nak. Ini Ibu bawa nasi tumpeng lengkap Febi pasti suka," ia merayu putrinya dari balik pintu.

"Enggak mau."

"Ibu masuk ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun