Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Teleskop Serdadu

27 Oktober 2023   10:03 Diperbarui: 29 Oktober 2023   21:45 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para serdadu perang. Sumber: Pexels/Kaique Rocha

Ha min dua. Kami berdua sudah tidak diperbolehkan pergi dari pos siaga yang sudah ditentukan. Tugas kami saat ini hanya memprediksi cuaca, memantau jalan yang nantinya dilalui pasukan Nippon dengan teropong dan teleskop, dan yang terpenting adalah memastikan arah angin.

Cuaca menjelang ha min satu sangat cerah. Begitu juga jalan masih tampak sepi. Belum ada tanda-tanda pergerakan. Hanya saja saat malam tiba angin bertiup sangat kencang. Tapi, terkadang bertiup pelan. Sangat sulit untuk diperkirakan. Saya lihat raut wajah Alpa sangat lelah karena beberapa kali harus mengintai melalui teleskop yang terpasang di senapan semi-otomatis.

Waktu sudah hampir menyapa subuh. Tapi arah angin masih belum bisa kami tebak. Hal ini tentu akan menyusahkan kami berdua. Sejenak saya berpikir dan putuskan untuk berpisah. Kami berdua bergerak cepat. Membuat semak belukar yang baru, tentu juga ada bebatuan untuk perlindungan. Jarak kami hanya 80 meter. Alpa di tempat baru. Sedang saya masih di tempat yang sama.

Sang surya mulai menunjukan kegagahannya. Sinarnya menyapu remang-remang. Saya lihat Alpa nampak siaga dengan teleskop dan senapannya. Komandan mulai tampak berdiri di atas bukit siap mengeluarkan perintah. Jarak saya dari jalan yang akan dilalui Nippon sekitar 600 meter.

Dari kejauhan kira-kira lebih dari 800 meter bendera Nippon berkibar kencang. Pasukannya panjang seperti ular. Sedang perwira dan ajudan, naik kuda. Yang membedakan, dari topinya saja. Perwira ada bulu angsa sedang ajudan tidak. Alpa dan saya sudah sepakat untuk target sasaran. Saya yang perwira, Alpa yang ajudan.

Pasukan Nippon sudah sampai jalan yang tertutup batu besar dan pohon yang sengaja dipasang melintang. Nippon sudah tahu, itu artinya perundingan ditolak. Sejenak mereka terpencar dan merunduk. Satu peluru dilepas ke udara, tanda perang dimulai. Tembak menembak pun tak terelakan.

Perwira Nippon masih gagah di pelana kuda. Begitu juga ajudannya. Tembakan dari serdadu kami seperti tidak ada artinya. Enteng saja Nippon mengimbangi. Bunyi geranat semakin bergemuruh. Kepulan asap semakin menjunjung tinggi. Kali ini cuaca masih sangat cerah dan tiupan angin sedikit lebih reda. Saya lihat di teleskop, perwira sudah masuk sasaran. Akan tetapi saya masih belum yakin. Saya masih menunggu arah angin. Telapak tangan sudah mulai keluar keringat, lama-lama terasa sangat menganggu. Perwira mulai sedikit keluar dari target bidikan. Saya coba untuk lebih fokus. Kali ini perwira sudah kembali masuk target. Akan tetapi giliran kudanya yang sedikit bergeser. Saya coba bidik ulang, dan perwira masuk target lagi. Ini kesempatan yang baik, tidak bisa ditunda sebelum kuda bergeser lagi. Tanpa pikir panjang, jari telunjuk menarik pelatuk. Peluru pun melesat cepat.

CRRAAATTT...

Tembakan saya meleset, hanya mengenai pelipis mata perwira Nippon. Dari teleskop saya menyaksikan darah mengalir deras. Sontak salah satu pasukan pengawal tahu dari mana asal peluru meluncur. Senapan dikokang. Saya pun kedatangan tamu timah panas yang tiada henti. Alpa coba membantu. Dia melepaskan satu peluru.

CAAASSSHH...

Tepat di jantung ajudan perwira. Ia terjatuh dari kudanya. Perwira mulai sadar, nyawanya terancam. Ia turun segera dari pelana kuda dan merunduk, sembunyi di semak-semak yang ada. Sesaat situasi hujan timah berubah arah. Menyasar ke arah Alpa. Saya coba manfaatkan situasi, kembali ke teleskop tapi sayang perwira hilang dari target bidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun