"Salam, untuk adik-adikmu dan emak" gumamnya dengan bibir merapat manggut-manggut. "Bang, Makasi udah nyamperin Gua" kata Bocil berkaca-kaca.
Pria Gondrong mulai bergegas menuju kereta cepat eksekutip yang telah menjemputnya. Para penonton satu-satu menyalami, malam bahagia konser bersama Bocil si semir sepatu di stasiun kereta pun berakhir.
Bocil menatap melepas kepergian itu. Satu kedipan mata sisi kanan salam perpisahan Pria Gondrong sebelum memasuki pintu gerbong kereta. Tak lama kereta melanjutkan perjalanan.
Dilihatnya gerbong demi gerbong permisi hilang di kegelapan malam. Dia seorang diri berdiri masih tak percaya perjumpaannya dengan musisi fenomenal itu. Napas pelan lepas dari bibirnya.
Dia mulai merapikan sikat dan semir sepatu kiwi, satu-persatu dia kumpulkan. Tangan kanannya membuka kotak semir terkaget dia melihat isi.
Dibuka amplop putih itu, dilihat tebal seperti buku kamus Inggris-Indonesia puluhan ribu di dalam. Segera dia menutupnya, dengan memanggul dia pun berlari mengejar gerbong kereta yang hanya menyisakan kenangan di kegelapan malam dan berteriak kencang "Bang, Makasi Bang, MAKASI BANG" teriaknya lebih kencang.
Teriak Bocil itu seperti mengirim modulasi frekuensi ke benak hati Pria Gondrong hingga dia tertidur pulas melepas lelah, tuntas sudah tugas hari ini dari Sang Maha Pencipta. Semakin kencang kereta berjalan, menyisakan suara. Gejes...gejes...gejes...gejes.