Langkah kaki itu terus bergerak, di sudut-sudut tepi trotoar. Berbungkus sepatu warna hitam, berlindung kain katun lembut empuk terasa di telapak kaki.
Rok merah rapi lipatan melingkar di pinggang, selaras putih baju menutupi badan. Tertempel pada kantong sisi kiri berlogo padi dan kapas. Di tengah terlukis sepasang insan berpegang buku yang di atas bertulis alfabet eS De.
Sedang, Topi merah berlogo tut wuri handayani menempel di kepala. Walau sinar siang panas terus menghujam di antara pipi-pipi. Oh, wajah si gadis munggil itu masih saja ceria.
Diambil kertas berwarna ungu muda. Cukuplah untuk menebus es krim Paman Tettot. Tettot nama terpanggil karena pada setir kanan sepeda kayuh menempel terompet klakson berkaret hitam pemicu suara tettot dihasilkan.
Di tangan kanan masih menggengam cone kerupuk es krim. Es krim itu betul-betul pengobat rasa gerah panas menyengat. Seorang lelaki menyeka keringat dengan kain tebal menempel di sekujur tangan. Lesu wajah tak mampu bersembunyi di terik menyengat.
Di lihat jarum jam berlatar gambar Doraemon menunjuk angka 11 dia menanti pria idaman. Si gadis mungil merogoh kantong baju. Di lihat empat lembar kertas berwarna abu-abu sisa kembali es krim Paman tettot.
Langkah senyum sepatu hitam penuh ceria, menuju penjual roti gerobak identik warna biru kombinasi kuning muda. Ditebusnya 2 roti pengusir sejenak auman harimau lambung perut.
Tak sampai hati membuka bungkus yang tertutup rapi. Si gadis mungil menyebrangi alas aspal mengkilat. Mendekati pria berbalut kain tebal bermotif putih biru muda.
Paman badut Doraemon namanya persis seperti gambar jam di tangannya. Sapa si gadis mungil itu berkata, terimalah 2 roti ini untuk anda. Terkejut tiada terkira, senyum tulus lepas untuk si gadis mungil ceria.
Pria idaman datang terdiam menatap si gadis mungil belahan hatinya. Tangan kanan melambai untuknya, senyum manis menyambut penuh ceria.
Berlahan meninggalkan Paman badut Doraemon, si gadis kecil menyapa. "Ayah tadi aku beli jajan es krim dan 2 buah sari roti". Pria idaman membalasnya, asal engkau ceria dengan itu semua ayah pun sudah cukup bahagia.
Berdua pulang dengan sang pria idaman mengendong di pinggir kanan pinggang, si gadis mungil menyandarkan kepala dan melepas senyum untuk ayahanda tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H