"Walah, nggak nyampai pikiranku ris" gumamku,
"Itulah dari awal dulu aku bilang Hen. UKM itu tempatnya pengembangan bakat. Pengembangan bakat salah satu dasarnya mikir. Kalau sudah ada kemauan untuk mikir, kemudian berlatih, bakat berkembang dengan sendirinya. Imbasnya pun Visi Misi UKM tergapai. Namun sebaliknya, kalau nggak mau mikir ya nggak usah masuk UKM, malah jadi beban di UKM. Efeknya akademik jeblok. Kalau jeblok IPK jelek jadi nasakom (nasib satu koma), nyalahin UKM. Repot" gumam Aries. Melanjutkan, "Makanya, pikir dua kali kalau mau masuk UKM. Kasihan orang tua sudah keluar banyak biaya"
"Iya juga Ris yo, dilema!" balasku,
"Simpelnya gini Hen." Katanya, melanjutkan "Seumpama nih, kamu udah dapat kerjaan tetap. Udah berkeluarga lagi, punya anak lagi, paripurna toh sudah?",
"Tul Ris" jawabku
"Masak sih kamu cuma gitu-gitu aja. Nggak pingin berkembang lagi, minimal ada target lah hidup itu" kata Aries,
"Ya pingin lah Ris" balasku
"Tapi inget, kamu harus mikir. Gimana caranya kamu berkembang, nggak ada yang dikorbankan. Ya, kalaupun terpaksa ada, minimal kamu harus cari jalan keluarnya." gumam Aries
"Oh, iya juga ya Ris" jawabku.
"Nah, di UKM itu, kesempatan mencari tambahan berkembang, mumpung selagi ada kesempatan" katanya, melanjutkan "tapi kalau cuma pingin konsen di akademik aja, ya monggo, terserah. Jangan kita maksa"
Begitulah bincang-bincang kami berdua yang katanya singkat. Dan pada akhirnya pula, harus mendengarkan suara azan untuk kedua kalinya. Yang menurut kami itu bukan suara iqomah di waktu magrib. Aku dan Aries hanya melongo seperti gaya pantomin yang mulutnya menganga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H