Satu di antara karakter yang kumiliki harus resign dari alam imajinasi. Dia yang selalu datang, kapan pun dan di mana pun. Hingga mampu mengantarkanku pada sebuah perjalanan.
Ada kala aku terdiam membisu, kemudian dia datang membisikkan "Cak ini loh, aku ada ide".
Oke, dengan semangat kutulis di "notes" hape jadul iphone 5s nan imut itu. Kemudian kukembangkan menjadi beberapa cerpen bebas.
Lain cerita saat aku harus berjibaku dengan beberapa tema. Tema yang terkadang mengantarku pada gang buntu. Tiba-tiba Paijo datang. Dengan congkaknya memegang secangkir kopi, terlihat jelas asap panas keluar dari cerobong gelas, oh nikmat batinku. Dia sontak berteriak "Nih ide baru dapat dua" katanya dengan bangga.
Oke, lagi-lagi aku setuju dengan idenya. "Tapi, sik ya Jo, aku 'notes' di 5S" begitu jawabku dalam hati. Begitulah hari-hariku bersamanya.Â
Hingga pada suatu saat, di pagi yang cerah. Di pelataran terbuka, kupandangi wajahnya yang datar, kudekati, dan kubawakan kopi favoritnya. Tiba-tiba mengajakku berjabat tangan. Aku yang tak kuasa menahan suara, hanya mampu berkata "ini bukan perpisahan toh Jo?"
Senyumnya yang khas, mengisyaratkan "iya",
Tak lama tangan yang dingin itu menggapai pundak, seraya berkata "Angkat topimu, hantarkan aku dengan penghormatanmu"
Pelan berlahan langkah kaki berjalan, senyum khas itu masih jelas di mata, aku masih berdiri tak percaya, bayang kaki kian cepat menghilang di pekatnya cahaya, pecah sirna dalam tatapan.
Kemudian, dari belakang, kudengar suara menggumam begitu jelas,
"Angkat kepalamu wahai anak muda, jangan kau biarkan air mata itu terbuang sia-sia. Sambutlah aku dengan riang ceria"
"Selamat datang didunia baru, si pemilik nama memanggilku. Gantilah aku dengan sebutan baru  'Aries',"Â