Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masa Jaya Hingga Permainan Klasik

16 Oktober 2021   06:13 Diperbarui: 16 Oktober 2021   08:13 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya Paijo memang sudah memikirkan skenario untuk bagaimana menghidupkan lagi UKM LDI yang telah lama vacum. Hal itu bisa kuraba-raba dengan mengingat ulang dari saat moment pengusiran.

Belum lagi semangatnya untuk melengkapi LDI dengan fasilitas komputer, sebagai sarana penunjang misi besarnya. Menghidupkan lagi karya tulis buletin dan mading.

Bagiku ini kesempatan. Kapan lagi kuperoleh percikan ilmu dari mereka. Paijo dan Mas Bagus adalah pelaku dan saksi hidup, ketika UKM LDI berada di puncak masa kejayaan di bidang karya tulis yang menghasilkan majalah bernama Jauhar. Terdaftar di katalog nasional dengan ISSN 0853-9146. Mengusung tema wawasan keagamaan, literasi, dan topik terkini seputar kemahasiswaan.

Dengan sejarah emas yang pernah mereka torehkan. Rasanya, Sulit bila aku harus menghadapi sebuah kenyataan yang sangat terbalik pada saat ini.

"Ayo Cak, pasang semua?" tanya Paijo singkat dengan duduk bersandar.
Aku pun bergegas memasang beberapa yang kuketahui. Berawal dari kabel power, kemudian mengencangkan port monitor yang indentik dengam warna biru tua. Tak lama, Paijo bergumam,
"Heis, salah semua. Ayo, ayo. Lepas, lepas lagi dari awal."
Aku terheran, "Loh, gimana toh Jo, dari dulu masangnya ya gitu-gitu aja kan?" kataku dengan bingung
"Makanya, perhatikan kalau ada orang pasangpasang." gumam Paijo
Tak lama aku melepas semua yang kupasang. Dan mencoba dengan cara terbalik, mengawali kabel port monitor terlebih dahulu, dan lagi lagi,
"Halah, kebiasaan gini, ini yang sulit. Ayo lepas. Lepas lagi!" kata Paijo
"Wis embuh, nggak tau Jo, wong cuma masang gini aja jadi rumit?" gumamku sedikit kesal

Paijo pun mendekat sambil membenarkan posisi monitor dan,
"Gini loh Cak. Maksudku itu. Pertama dari kabel USB mouse dulu, lalu keyboard. Kemudian port biru monitor dan baru kabel power." katanya dengan nada santai
"Ah, sama saja, toh dibolak-balik nggak keluar asap juga" jawabku
"Wis repot, angel, kalau sudah gini!" gumam Paijo, melanjutkan "Bukan masalah asapnya Cak. Lepas dari itu, dengan mendahulukan kabel power. Sama dengan memberi terapi kejut. Walaupun setrumnya nggak besar-besar amat. Tapi, kejut yang terasa di kulit itu ya lumayan gimana, gitu" kata Paijo
"Hehehe" senyumku, melanjutkan "tapi kan lambat laun, keberadaan CPU toh tergantikan dengan laptop, yang minim dengan kejut setrum."
"Betul, karena sudah dilengkapi dengan grounding. Tapi ndak ada salahnya toh tahu sedikit-sedikit cara pemasanganya demi keamanan sendiri" gumam Paijo
"Iya juga sih" jawabku
"Ya sudah, ayo coba monitor dinyalain?" kata Paijo
"Luh, nggak CPU dulu toh Jo?" tanyaku
"M O N I T O R, Cak. Baru CPU" jawabnya.
Tak lama kemudian,
"Oh iya, itu dah keluar logo windows 98. Hehehe" gumamku sambil senyum-senyum
"Sini, kusetting dulu" gumamnya.
Dari tasnya kulihat Paijo mengeluarkan, semacam kabel LAN (jaringan) kurang lebih panjang 3 meter. Lalu menghubungkan di CPU keduanya. Kulihat wajahnya yang sedang serius. Seperti mencari solusi jalan keluar untuk sebuah persoalan yang dialami bangsa ini. Tiba-tiba terlihat semringah yang khas dari wajahnya yang cungar-cungir, berkata
"Ayo wis cak, santai dulu. Dari tadi tulisanmu serius banget. Nggak ada guyonan Blas. Ayo cepat, pilih multiplayer."
Dengan semangat membara, aku pun mengiyakan tantangan si Paijo ini, permainan favorite kami di kala waktu senggang. Game, Age of Empire II.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun