Mohon tunggu...
Heno Bharata
Heno Bharata Mohon Tunggu... -

Berusaha Hidup Sebaik Mungkin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

A Cook's Tour, Ketika Hidup Tak Berulang

25 April 2014   22:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terkadang, sambil makan atau melihat proses pembuatan makanan (seperti membakar bebek yang dilumuri tanah terlebih dahulu oleh sebuah komunitas nelayan di Vietnam atau Kamboja), Anthony Bourdain berfilsafat dan mengkritik pola makan orang Eropa dan Amerika.

"Saya tak mengerti mengapa orang-orang di Amerika dan Eropa selalu tergesa-gesa makan, dan makanan yang mereka makan pun seperti tak bergizi. Tidak punya seni dan keindahan. Beda dengan apa yang dilakukan orang Asia," puji Anthony Bourdain sembari melihat masyarakat yang dikunjunginnya masak bersama-sama.

Nah, salahsatu tayangan A Cook's Tour yang sangat nikmati ditonton adalah yang mengisahkan tentang berkumpulnya kembali Anthony Bourdain dan adiknya Chris yang lama tinggal dan bekerja di New York,  AS, dan kembali ke kampung halaman mereka di Perancis. Lidah kedua abang beradik yang dipisahkan jarak dua tahun ini sudah tak seperti orang Perancis, melainkan lidah Inggris Amerika karena begitu fasih menggunakan bahasa Inggris.

Seri yang satu ini benar-benar menggugah. Anthony Bourdain dan Chris adiknya sepakat menyusuri masa kecil mereka, dari mulai di mana mereka membeli makanan di warung favorit mereka semasa kecil, membeli dan menikmati sup kesukaan keluarga mereka, juga menikmati sosis kesukaan ayah mereka saat Anthony Bourdain dan adiknya Chris dibawa berlibur ke pantai yang sering dikunjungi kaum pekerja Perancis di akhir pekan.

Mereka juga teringat dengan foto bersama mereka di depan rumah bibi mereka (yang kemudian sudah dijual namun keasliannya tetap dipertahankan sang pemilik baru), lalu mereka kemudian berfoto dengan pose yang sama di depan pagar rumah bibi mereka seperti waktu mereka kecil. Anthony Bourdain dan Chris adiknya berupaya sekuat mungkin menjalani dan menikmati liburan dan melahap makanan dan minuman sewaktu mereka kecil.

Mereka begitu tulus mengingat masa kecil mereka dan berupaya melakonkannya sekuat mungkin. Namun, mereka akhirnya sadar. Masa kecil mereka yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun, tak mungkin kembali. Kenikmatan makanan dan minuman yang mereka lahap ketika kecil, dan kemudian coba dilahap di saat mereka telah sangat berusia matang (hebatnya, semua makanan dan minuman yang mereka lahap sejak kecil, tetap ada di daerah asal mereka, dengan citarasa yang sama dan penyajian yang sama), benar-benar membuat memori mereka seperti utuh kembali.

Makanan dan minuman telah mampu membuat mereka kembali ke daerah asal mereka. Tak ada sentimental di dalamnya, tak ada tangis, tak ada ada tawa berlebih. Namun Anthony Bourdain dan Chris adiknya seperti menyepakati bahwa kenikmatan dan kemewahan kuliner mereka di masal kecil telah membawa mereka matang dan berkelana ke berbagai belahan dunia, jauh dari tempat mereka berasal.

Namun mereka juga sadar, bahwa masa kecil tak akan pernah kembali. Hidup tak akan pernah berulang dan begitu-begitu saja. Kampung mereka di sebuah desa di Perancis, mungkin keadaaanya tetap begitu, sebuah kawasan nelayan di Montpellier yang asri dan ditata apik. Rumah tetap seperti yang dulu. Makanan dan minuman tetap seperti yang dulu.

Tetapi mereka tak lagi punya sanak-saudara di situ. Hanya jejak kenimatan dan kemewahan ala keluarga kelas pekerja dan nelayan-lah yang telah mampu membuka cakrawala berfikir mereka, sekaligus mampi keluar dari jebakan streotif yang menyebutkan bahwa (kuliner) Eropa dan Amerika ada di atas (kuliner) Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Terutama Anthony Bourdain, ia telah membuktikan bahwa ada banyak kenikmatan makanan dan minuman di berbagai belahan dunia lain, bahkan di daerah terpencil yang harus dilalui melalui perahu mesin. Namun, sekali lagi, itu hanya bisa dipromosikan, tetapi tak bisa dinikmati terus-menerus sepanjang masa. Sebab, badan manusia akhirnya punya masa batas.

Anthony Bourdain tahu benar kalau masa kecilnya hanya bisa diingat dan dijalani dalam bentuk romantika saja. Tak bisa berulang, tapi tetap bisa meninggalkan jejak kebahagian hidup di masa tua. Hidup kuliner, terimakasih kepada Anthony Bourdain yang telah membuka mata dunia, terutam Eropa dan Amerika, tentang banyaknya kuliner nikmati di luar kedua daerah itu. Peradaban (kulinari) tak hanya milik benua putih, tetapi juga benua kuning, cokelat, hitam, bahkan paduan di antara warna-warni manusia tersebut. Tabik!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun