Mohon tunggu...
Heno Bharata
Heno Bharata Mohon Tunggu... -

Berusaha Hidup Sebaik Mungkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uang Bukan Segalanya (Catatan Kecil Atas Kesetiaan Steven Gerrard)

5 Januari 2015   04:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:48 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

juara di berbagai ajang kompetisi.

Steven Gerrard

Lalu, apakah hal itu salah? Tidak, itu tak salah. Namun, sepakbola yang menarik itu adalah apabila ada "sesuatu" yang membuat sepakbola itu layak dihormati dan dikenang sebagai sebuah permainan yang tak melulu berisi kemenangan, tapi juga berisi kesetiaan dan keinginan satu atau beberapa pemain untuk memajukan klub yang melahirkannya.

Sangat jarang ada pemain yang bisa setia bertahan di klub asalnya dari mulai "lahir", masuk tim junior, level senior, hingga pensiun. Ryan Giggs dari Manchester United mungkin layak masuk kategori ini, walau tak sempurna 100%. Sebab, sesngguhnya ia adalah anggota skuad junior rival sekota, Manchester City.

Begitu juga dengan defender Liverpool FC, Jamie Carragher. Ia memang berlatih dan bermain bagi The Reds sejak kecil hingga pensiun pada musim 2013 lalu. Tapi, ia sesungguhnya adalah fans Everton, rival sekota Liverpool. Namun, Carragher tetap sangat layak mendapatkan bintang atas kesetiaannya itu pada Liverpool. tak ada yang boleh merendahkannya.

Yang masih agak tepat adalah Francesco Totti dari AS Roma yang dari proses "lahir" hingga kini menjadi paling pemain paling senior. Mungkin Totti akan pensiun di AS Roma. Sebenarnya, yang bakal persis menapaktilasi langkah Francesco Totti adalah Steven George Gerrard, jenderal, kapten, sekaligus "nafas utama" dari Liverpool FC.

Sejak umur 8 tahun ia berada di The Reds. Saat menerima kontrak profesional pada November 1997, pemain yang dikenal dengan inisial SG itu senang bukan alang kepalang. Impiannya masuk ke tim idolanya

kesampaian. Namun malang, SG masuk ke klub idolanya, namun seperti harus menjadi Batman sekaligus Superman di klub itu.

Kesulitan demi kesulitan keuangan yang dialami manajemen klub, terutama sejak perubahan format liga menjadi English Premiere League (EPL) pada musim 1991-1992 membuat LFC selalu kelimpungan. Akademi binaan klub memang menghasilkan beberapa pemain bintang, seperti Robbie Fowler, Michael Owen, serta SG sendiri. Namun, untuk posisi lain di lapangan, tak ada lagi pemain bintang yang bisa dilahirkan.

Untuk membeli pemain bintang, klub tak sanggup. Lihatlah apa yang dialami pelatih Gerrad Houlier, yang ketika menangani LFC ia sempat berpeluang merekrut Ronaldo dari Sporting Lisbon. Namun harga 12 juta poundsterling yang diminta Sporting Lisbon hanya mampu dipenuhi 9 juta poundsterling oleh LFC. Dan kita tahu, Ronaldo kemudian bergabung ke Manchester United.

Ketika Michael Owen memilih hengkang dari LFC karena ingin merasakan gelar juara, SG memilih bertahan karena ingin membawa LFC juara. SG sesungguhnya tetap bisa kaya dari sikap setianya di LFC. Ia mendapatkan kontrak yang sangat baik dari manajemen walau tak sebanyak "pemain bintang" yang direkrut seperti Fernando Torres atau Luis Suarez.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun