Sebelum hamil ke 3 saya tes TORCH di HI LAB. Alhamdulilah dokter bilang IgM Negatif semua & IgG ada yang positif tapi hamil lagi tidak apa-apa.
Saya pun hamil lagi dan setiap periksa, dokter selalu bilang bagus. Hanya yg terakhir waktu UK 42 minggu, dokter memutuskan saya harus menjalani persalinan secara sesar.
Tgl 31 Desember 2011 alhamdulilah anak ketiga kami lahir. Kami beri nama MUHAMMAD NAUFAL ARZAQY, dengan BB 3,2kg dan PB 50cm.
Umur setengah bulan nafas sesak lalu saya bawa ke Dsa dan menjalani perawatan selama 5 hari dengan biaya 4juta.
1minggu kemudian saya telfon klinik untuk menanyakan vaksinasi BCG. Perawat disana menyampaikan bahwa anak saya HARUS disuntikan vaksin pada umur 1bln.
Saya pun ketakutan terlambat & kami memutuskan untuk vaksinasi di PKU. Umur 2 bln mendapatkan vaksinasi DPT/POLIO 1 di klinik. Namun pasca vaksinasi daerah bekas suntikan menjadi bengkak & panas. Setelah saya berikan thrombogel & paracetamol kondisi membaik.
Umur 2,5 bln yaitu tanggal 10 maret 2012 mendapatkan vaksinasi Dpt2/polio2 dan pada saat itu perawat yang menyuntikkan tidak memeriksa kondisi Arza, melainkan langsung suntik. Sampai rumah kaki bengkak dan tidak panas.
Tgl12 Maret 2012, suami kembali membawa anak saya ke klinik tempat anak saya menerima vaksinasi. Disana dokter malah menyampaikan bahwa anak saya mengalami kebocoran ginjal dan ini bukan tanggungjawab kami.
Pagi Tgl 13 Maret semakin drop bengkak kaki merata. Pagi2 saya langsung shock & suami langsung pinjam mobil saudara utk melarikan Arza ke Dsa.
Arza di gendong ibu saya, suami tidak peduli lampu merah dia terjang. Saya teriak-teriak "kejar nyawa,kejar nyawa. minggir minggir" dari jendela mobil sambil menangis.Ya Allah bunda & panda kalau ingat waktu itu bikin saya ga bisa menahan airmata.
Sampai di Dsa di oxygen & di infus. Hasil pemeriksaan laboratorium memperlihatkan bahwa fungsi ginjal normal, tetapi harus tetap dirujuk ke SARDJITO lagi. Disana tertulis bahwa diagnosa anak saya adalah KIPI & PNEUMONIA.
Tanggal 15 Maret, kondisi Arza membaik & wajahnya sangat cerah. Setiap saya tanya ke dokter, beliau menjawab "sedang kita observasi".
Tiba-tiba terjadi pendarahan melalui Pup nya. Dilakukan transfusi darah dan dokter mengatakan bahwa infeksi telah menyebar ke saluran cerna Arza.
Coba anda bayangkan.. Nilai Hb orang dewasa saja 12 kan, pada waktu Arza transfusi dalam waktu 3 jam 2 kantong, HB menjadi 20. Astagfiruloh..saya pun marah-marah sama dokter PICU. Kenapa anak saya jadi merah seperti itu dok.
Dokter hanya mengatakan bahwa kekebalan tubuh adik jelek. Saya pun hanya orang kecil yg hanya bisa diam dengan tindakan dokter. Saya tidak bisa apa2, hanya pasrah. Mau menuntut tidak punya uang. Jadi ya pasrah.
Malamnya Arza membaik setelah di masuki obat dari monoglobulin yg harganya 3,7juta 10ml nya, albumin & lain2nya.
Tetapi malam pukul 22.00 wib, kalau tdk salah, Arza kritis & akhirnya meninggal.
Waktu kritis ibu saya bilang "Cucu saya seperti ini krn vaksinasi kan dok".
Semua dokter hanya diam.
Arza meninggal tanggal 22 maret 2012 dengan tersenyum bunda & panda.
Waktu itu pembayaran rencana memakai Jamkesda karena saya masih punya hutang 10juta di RS yg sama waktu perawatan Ridwan (kakak Arza).
Tetapi alhamdulilah 3hari setelah itu ada perwakilan dari DinKes ke rumah saya. Mereka bilang biaya Arza sebesar 30juta akan ditanggung pemerintah karena arza adalah korban KIPI. Pemerintah akan bertanggungjawab karena saya sudah mengikuti program pemerintah.