Mohon tunggu...
Henny Widiyanti
Henny Widiyanti Mohon Tunggu... Karyawan PLN -

pegawai PLN Area Sorong

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Janji PLN bagi Papua-ku, Demi Asa dari Kampung

14 Oktober 2016   10:51 Diperbarui: 28 Oktober 2016   14:27 12919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pulau-buaya-tampak-dari-tembok-berlin-sorong-58004fbe72977302098b4569.jpg
pulau-buaya-tampak-dari-tembok-berlin-sorong-58004fbe72977302098b4569.jpg
Kondisi kelistrikan di pulau Raam tidak jauh berbeda dengan 2 pulau sebelum ini. Mayoritas penduduk di pulau-pulau ini bermata pencaharian sebagai nelayan. Namanya juga daerah yang kaya dengan sumber lautnya, ikan sangat tumpah ruah di daerah Sorong kepulauan. Namun, dengan tidak adanya listrik yang memadai, para nelayan terpaksa menjual ikan hasil tangkapan dengan harga murah ketimbang ikan busuk karena tidak ada alat pendingin. “Jangankan alat pendingin seperti freezer, listrik saja hanya bisa dipakai untuk penerangan 5 jam”, jelas salah satu warga pulau Raam.

Kampung Feef dan Kampung Kwoor (Kabupaten Tambrauw)

Tanggal 27 September 2016, salah satu tim Survey PLN Area Sorong, menyusuri daerah kabupaten Tambrauw. Tujuan survey kali ini adalah daerah pemekaran pada Distrik KWoor dan Distrik Feef. Perjalanan dari Sorong ditempuh melalui darat, sekitar 250 km selama 7 jam perjalanan, dengan kondisi jalan sangat jauh dari kenyamanan alias tanah berbatu dan juga mayoritas berlumpur. Menuju kampung Kwoor dan kampung Feef butuh perjuangan dan kesabaran. Bagaimana tidak, dari kampung Kwoor menuju kampung Feef, tepatnya di tanjakan “Spanyol” yang cukup tinggi dan berlumpur, mobil tim akhirnya tidak mau bergerak diantara lumpur. Masalah lumpur iya, masalah mesin mobil iya.

mobil-mogok-di-tanjakan-spanyo-tambrauw-5800509ce8afbd350e8b4568.jpg
mobil-mogok-di-tanjakan-spanyo-tambrauw-5800509ce8afbd350e8b4568.jpg
Anggota Tim survey PLN Sorong dalam perjalanan ini, sambil menunggu mobil diperbaiki, juga harap-harap cemas semoga tidak ada binatang buas ataupun hal-hal yang membahayakan. Bisa-bisa tim survey pulang tinggal nama. Alhamdulillah…..semangat melistriki tidak menggoyahkan langkah tim survey.  

tanjakan-spanyol-dari-kejauhan-58048ec5919773a220086bec.jpg
tanjakan-spanyol-dari-kejauhan-58048ec5919773a220086bec.jpg
Kondisi kampung Kwoor dengan jumlah penduduk 100 KK, listriknya merupakan bantuan dari Pemerintah daerah kabupaten Tambrauw berupa PLTS berkapasitas 50 kWP yang cukup untuk penerangan di malam hari sekitar 5 jam saja. Untuk pengoperasiannya dibiayai secara bersama oleh warga kampung yang memiliki matapencaharian berkebun dan nelayan. Sedangkan kampung Feef dengan jumlah penduduk 200 KK, PLTS sudah tidak beroperasi karena rusak sejak lama. Sehingga masyarakat di kedua kampung ini yang merupakan penduduk asli dari suku Karon, menggunakan genzet masing-masing. Bagi yang yang tidak memiliki genzet, terpaksa menggunakan lampu minyak atau pelita atau lilin kalau ada.

dsc00058-jpg-58005126e2afbd4d0e8b4568.jpg
dsc00058-jpg-58005126e2afbd4d0e8b4568.jpg
Perjalanan ke Distrik Seigun

Masih di tanggal 27 September 2016, kelompok lain dari Tim Survey Papua Terang PLN Area Sorong ini, bergerak ke arah rute yang berbeda yaitu kampung-kampung dalam Distrik Seigun, Kabupaten Sorong. Perjalanan kali ini cukup panjang dan ini merupakan perjalanan yang cukup mendebarkan. Bagaimana tidak, seluruh perjalanan di daerah Distrik Seigun ditempuh melalui sungai besar dan sungai kecil, Meskipun sungai tampak tenang, jangan coba-coba berenang yaaa….Tim Survey tidak membawa pawang buaya…....

Kampung Wainlabat

Kampung pertama yang dituju adalah kampung Wainlabat. Untuk sampai ke distrik Seigun ini, Tim survey berangkat dari kota Sorong usai sholat subuh, menuju kampung Modan 3 dan perjalanan dilanjutkan ke Distrik Seigun via sungai dengan menggunakan kapal kayu berukuran kecil. Perjalanan melalui sungai ke kampung Wainlabat ditempuh selama 2 jam, dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 1 km.

Kampung Wainlabat, adalah sebuah kampung dengan jumlah penduduk 45 KK, mayoritas adalah penduduk transmigrasi dari pulau Jawa. Mayoritas penduduk transmigrasi ini bercocok tanam sebagai satu-satunya sumber matapencaharian bagi non pegawai negeri sipil. Dengan tidak adanya pembangkit listrik, masyarakat memilih membeli genzet untuk digunakan masing-masing rumah sebatas penerangan saja. Bertemu dengan Tim survey dari PLN, pandangan penuh harap dari warga kampung Wainlabat, terasa menyentuh perasaan anggota Tim. Mereka berharap dapat menggunakan barang-barang elektronik seperti kehidupan di kota Sorong, dapat mengolah hasil kebun dan menyimpannya dalam lemari es. Sang anak pun berharap dapat menikmati belajar dengan menggunakan komputer. Semoga ya nak….

Kampung Seigun dan Kampung Malamas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun