Mohon tunggu...
Henny dan Ivena
Henny dan Ivena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Kami adalah mahasiswi semester 1 dengan Progam Studi Ilmu Gizi dari Universitas Jenderal Soedirman.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Stunting dengan Pola Makan Bergizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak

22 November 2023   21:00 Diperbarui: 2 Desember 2023   08:46 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Stunting merupakan masalah kesehatan prioritas di Indonesia. Stunting menggambarkan terhambatnya pertumbuhan anak di bawah usia  tahun akibat  kekurangan gizi kronis terutama pada  hari pertama  kehidupan (HPK) sehingga menyebabkan anak menjadi terlalu kecil untuk usianya. Angka stunting anak di Indonesia diperkirakan mencapai 37% pada anak di bawah usia lima tahun. Stunting mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap status  kesehatan (Hall et al., 2018). Adapun ciri lain anak terkena stunting yaitu : 

  1. Tinggi badan pendek,

  2. Berat badan rendah,

  3. Perkembangan fisik tertunda,

  4. Gangguan kognitif, 

  5. Penurunan energi dan aktivitas.

Pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada periode emas, yaitu 1.000 hari pertama kehidupan, tidak dapat diabaikan. Selama periode ini, mulai dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Hal ini memiliki dampak besar pada kesehatan anak di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberikan perhatian serius pada masa awal kehidupan anak-anak kita.

Periode 1.000 hari pertama kehidupan meliputi masa dalam kandungan, pemberian ASI eksklusif, dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Jika kita tidak memberikan perhatian yang serius pada periode ini, risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akan meningkat. Gangguan yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan, dan sebagian besar bersifat permanen (Gerakan 1.000 HPK, 2013). 

Status gizi masa lalu dapat mempengaruhi kondisi kesehatan saat ini dan di masa depan. Ibu harus selalu memiliki status gizi yang baik sebelum dan selama hamil untuk memastikan pemenuhan gizi bagi janinnya. Makanan yang dikonsumsi ibu tidak perlu mahal, tetapi harus memiliki kuantitas dan kualitas yang cukup. Dengan asupan gizi yang sehat dan seimbang, pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terdukung dengan baik.

Perlu diingat, ibu hamil sebaiknya juga mengontrol asupan gula dan makanan berlemak seperti gorengan dan makanan bersantan. Hal ini akan berdampak pada penambahan berat badan ibu hamil, yang pada akhirnya akan mempengaruhi berat badan bayi yang lahir dengan berat lebih dari 4 kg. Bayi dengan berat badan lahir 4 kg memiliki resiko mengalami obesitas dan diabetes melitus di kemudian hari.

Berikut ini adalah nutrisi yang diperlukan selama kehamilan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal sehingga bayi lahir dengan sehat:
1. Energi

Selama 3 bulan pertama kehamilan, ibu hamil membutuhkan tambahan energi sebanyak 180 kkal.

2. Protein

Protein sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin agar berjalan dengan optimal, serta untuk pembentukan sel-sel darah merah baru di dalam tubuh janin. Lebih baik mengonsumsi protein hewani daripada protein nabati.

3. Lemak

Lemak memiliki peran penting dalam membantu proses pembentukan ASI. Sumber lemak yang baik antara lain telur, daging, sosis, dan mentega. 

4. Karbohidrat

Disarankan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks, karena kandungan seratnya dapat mencegah sembelit selama kehamilan.

5. Vitamin

Semua jenis vitamin diperlukan oleh ibu selama kehamilan, terutama vitamin A yang bermanfaat untuk pertumbuhan janin, pergantian sel baru di semua jaringan tubuh dan sel saraf, pembentukan tulang dan gigi janin, mencegah kelainan bawaan pada bayi, serta meningkatkan daya tahan tubuh ibu hamil. 

6. Mineral

Untuk memastikan pertumbuhan janin yang optimal, diperlukan beberapa mineral seperti kalsium, zink, yodium, dan zat besi. Zink sangat penting untuk perkembangan jaringan otak, dan dapat ditemukan dalam makanan seperti tiram, daging sapi, dan kuning telur. Yodium juga sangat dibutuhkan untuk hormon tiroksin yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, dan dapat ditemukan dalam makanan seperti udang lobster, ikan sarden, dan susu. Sementara itu, zat besi dapat ditemukan dalam makanan seperti hati sapi, sayuran hijau, dan tempe. Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi suplemen kapsul yodium untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan otak janin yang normal.

Pemberian ASI Eksklusif kepada bayi yang baru lahir sampai usia 6 bulan. Selanjutnya diberikan MP-ASI setelah bayi berusia 6-12 bulan, tetapi pemberian ASI tetap dilakukan sampai kurang lebih umur 2 tahun. Berikut tahapan pemberian MP-ASI kepada bayi berusia 6-12 bulan :

1. Usia 6-7 bulan, kita dapat memberikan makanan dalam bentuk cair-lumat. Makanan cair dapat berupa sari buah jeruk, sari brokoli, dan sari wortel. Sedangkan makanan lumat dapat diberikan dalam bentuk pure buah yang diblender, seperti pure apel, pure melon, pure pisang, pure pepaya, pure semangka, pure pir, dan pure labu kuning. Buah dan sayur merupakan bahan makanan yang mudah dicerna oleh usus bayi. Perlu diingat bahwa pada awal pemberian MP-ASI, pencernaan bayi belum sepenuhnya matang dan masih beradaptasi dengan makanan. Oleh karena itu, pemberian makanan harus mempertimbangkan agar tidak terlalu membebani pencernaan bayi. Pilihlah buah yang matang, tidak terlalu asam, dan tidak mengandung gas, karena dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi.

2. Usia 7-8 bulan, tekstur MP-ASI mulai diberikan dalam bentuk yang lebih padat, yaitu dalam bentuk lumat. Tepung-tepungan seperti tepung beras putih, tepung beras merah, tepung kacang hijau, tepung jagung, tepung kacang merah, dan tepung kacang kedelai dapat diberikan sebagai sumber karbohidrat dan protein. Terdapat berbagai variasi bubur susu yang dapat kita buat, seperti bubur susu beras putih sari melon, bubur susu jagung, bubur susu beras merah pisang, dan masih banyak variasi lainnya. Untuk campuran susu, sebaiknya menggunakan ASI. ASI ditambahkan setelah bubur matang agar tidak merusak komposisi gizi yang terkandung dalam ASI. Makanan selingan yang bisa diberikan pada bayi usia ini, seperti biskuit bayi, buah, bubur sum - sum.

3. Usia 8-9 bulan, mulai diberikan bentuk makanan bubur saring dengan bahan makanan seperti tahu, tempe, bermacam sayuran, dan berbagai macam sumber protein. Seafood dan kacang-kacangan dapat menyebabkan alergi sehingga perlu dipantau terlebih dahulu. Untuk membuat bubur saring semua bahan makanan dimasak kemudia disaring.

4. Usia 9-12 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan kasar (lembek) dalam bentuk makanan tim. Frekuensi pemberian makanan bagi bayi usia 9-12 bulan adalah 3-4 kali sehari, sementara ASI tetap diberikan. Tergantung pada nafsu makannya, dapat diberikan 1-2 kali makanan selingan. Makanan selingan yang cocok untuk usia ini antara lain biskuit bayi, puding buah/susu. 

Saat membuat MP-ASI untuk usia 6-12 bulan, disarankan untuk tidak menggunakan gula, garam, dan bahan penyedap rasa buatan seperti kaldu instan atau MSG (Monosodium Glutamat). Hal ini dikarenakan pertama, kita ingin memperkenalkan rasa asli dari berbagai variasi bahan makanan sehingga pada masa balita tidak ada masalah sulit makan, misalnya anak tidak suka makan sayur atau makanan lainnya. Kedua, gula dapat menyebabkan kerusakan gigi pada bayi dan penambahan gula yang berlebihan dapat memicu peningkatan berat badan pada bayi. Ketiga, konsumsi garam pada bayi dapat membebani kerja organ ginjal yang belum berfungsi dengan sempurna. Keempat, penggunaan bahan penyedap rasa buatan sebaiknya dihindari karena dapat berdampak pada gangguan kesehatan anak di masa depan.

Daftar Pustaka

Ramdhani, A., Handayani, H., & Setiawan, A. (2021, February). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting. In Prosiding Seminar Nasional LPPM UMP (Vol. 2, pp. 28-35).

Saadah, N., & Kp, S. (2020). Modul Deteksi Dini Pencegahan dan Penanganan Stunting. Scopindo Media Pustaka.

Hasanah, R., Aryani, F., & Effendi, B. (2023). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan Stunting Pada Anak Balita. Jurnal Masyarakat Madani Indonesia, 2(1), 1-6.

Esha, D., Mubin, A., & Hakim, F. (2023). Mengenal Lebih Dalam Ciri–ciri Stunting, Cara Pencegahannya, dan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih. Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia, 2(6), 24-31.

 Sudargo, T., & Aristasari, T. (2018). 1000 hari pertama kehidupan. Ugm Press.

RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat. (2019). Makanan Sehat Bergizi Seimbang, Cegah Obesitas dan Stunting Pada Anak. 22 November 2023.  https://rsjlawang.com/news/detail/294/makanan-sehat-bergizi-seimbang-cegah-obesitas-dan-stunting-pada-anak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun