Mohon tunggu...
Henny Maria Heng
Henny Maria Heng Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah TK Kristen Immanuel Pontianak

Membahas terkait Orang Tua dan Anak | Do what you can with what you have and leave the results to God

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bermain Bahasa di Rumah

3 Agustus 2023   08:06 Diperbarui: 3 Agustus 2023   08:10 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: lifetime.okezone.id)

Selama belasan tahun saya sebagai pendidik di Taman Kanak-Kanak, saya menemukan semakin tahun kasus anak yang terlambat berbicara juga semakin meningkat. Hal ini paling banyak ditemukan ketika prascreening perkembangan anak pada saat Penerimaan Siswa Baru. Saat proses inilah, kami menemukan anak-anak yang kesulitan untuk berkomunikasi dan kemudian mengekspresikan diri dengan marah, teriak, bahkan sampai tantrum, ada juga yang sama sekali tidak mau membuka mulut untuk bicara, dan ada yang mengoceh dengan bahasa yang tidak berarti, biasa kami berikan istilah "Bahasa Dewa".

Mengapa anak-anak zaman sekarang banyak mengalami terlambat bicara?

Menurut artikel yang ditulis dalam Alodokter oleh dr. Airindya Bella pada tanggal 6 Mei 2023 (https://www.alodokter.com/ketika-anak-terlambat-bicara), penyebab keterlambatan bicara pada anak dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti:

  • Dibesarkan di lingkungan dengan lebih dari satu bahasa atau bilingual
  • Kesulitan mengerti kata-kata atau mencari kata-kata
  • Gangguan pendengaran
  • Kelainan struktur rongga mulut, misalnya karena bibir sumbing atau kelainan lidah
  • Gagap
  • Pengabaian dari orang sekitar
  • Gangguan spektrum autism

(Sumber: detik.com)
(Sumber: detik.com)

Orang Tua terkadang tidak mempunyai kesabaran untuk melatih anak berbicara hingga tuntas. Kerap terjadi ketika anak baru mau bicara, misalnya baru mengatakan "eeee", Orang Tua, baik Papa, Mama, ataupun Kakek dan Nenek bertindak seolah-olah sudah mengetahui maksud anak. Hal ini tanpa disadari membuat anak menjadi "malas dan pelit bicara" karena anak mengira bahwa semua orang akan memahami maksud dan keinginannya tanpa perlu dibicarakan.

Keterlambatan berbicara dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada komunikasi anak karena menimbulkan kelemahan dalam menyampaikan maksud atau memahami maksud orang lain.

Oleh karena itu, kami (TK Kristen Immanuel Pontianak) mengajak Papa, Mama, dan Para Pembaca terutama yang memiliki Anak Usia Dini (1-6 tahun) untuk Bermain Bahasa di Rumah Bersama Anak, seperti yang direferensikan oleh Direktorat PAUD, Dikdasmen, Kemendikbud  Republik Indonesia.

(Sumber: diadona.id)
(Sumber: diadona.id)

Hal-hal yang dapat Papa Mama lakukan di rumah:

1. Pahami Anak

Anak usia dini memiliki karakter yang selalu ingin tahu, ingin mencoba hal baru, aktif bergerak, memiliki ide dan imajinasi, memiliki konsentrasi yang pendek, dan belajar melalui bermain.  Memahami karakter anak usia dini dapat membantu menstimulasi kemampuan anak berpikir kritis, mampu bekerja sama, kreatif, dan mampu berkomunikasi. Stimulasi dapat diberikan melalui kegiatan bermain, diantaranya adalah Kegiatan Bermain Bahasa untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak.

2. Melakukan Kegiatan Bermain Bahasa 

Manfaat dari bermain bahasa :

  • Anak dapat mendengarkan, mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan bahasa yang baik;
  • Anak dapat berbicara dengan baik berdasarkan kosakata yang didengarnya;
  • Anak dapat memberi makna pada pengalaman sehari-hari;
  • Anak memperoleh pengalaman terkait cara mengatasi emosi seperti rasa takut, cemburu, dan marah, serta meluapkan kegembiraan dari dongeng atau bacaan yang didengarnya;
  • Anak dapat memahami dan menyampaikan perasaan, keinginan, dan kebutuhannya.

Contoh kegiatan bermain bahasa di rumah :

  • Membaca gambar : Orang tua menyiapkan buku bacaan yang berisi lebih banyak gambar daripada tulisan. Anak-anak belum bisa/mahir dalam membaca tulisan. Sedangkan anak dapat diajak untuk menceritakan gambar yang dia lihat. Kegiatan ini dapat merangsang imajinasi dan meningkatkan kemampuan anak dalam menyampaikan imajinasi serta pemikirannya.
  • Bercerita : kegiatan ini dapat dilakukan di mana dan kapan saja. Sederhananya, seisi rumah dan lingkungan sekitar juga dapat menjadi sumber cerita. Misalnya waktu memasak, membuat kue, duduk santai di ruang keluarga, dan lain-lain. Anak juga dapat bercerita tentang pengalaman sehari-harinya, tentu saja dengan Bahasa dia yang sederhana. Kegiatan ini dapat mengasah kemampuan anak untuk mendengarkan dan menyampaikan sesuatu, memperkaya kosakata, dan melatih kemampuan komunikasinya.
  • Bermain peran : misalnya bermain peran menjadi dokter. Misalnya orang tua berprofesi sebagai dokter, anaknya dapat diajak berperan sebagai dokter di tempat praktek. Sebagai orang tua, kita dapat mengajak anak memikirkan peran apa yang mau dimainkan, kemudian orang tua dapat menyebutkan kosakata yang baru yang berkaitan untuk menambah wawasan kosakata anak. Selain itu, bermain peran dapat menambah daya imajinasi anak, serta kemampuan untuk berpikir kristis dan memecahkan masalah.
  • Bernyanyi dan syair : melalui lagu, anak dapat belajar mengenai bunyi huruf serta dapat menambah kosakata lebih cepat. Ketika di sekolah, guru juga kerap mengajarkan kosakata menggunakan nyanyian. Contohnya dalam memperkenalkan barang-barang disekitar menggunakan lantunan nada. Metode mampu menaikkan adrenalin anak. Ketika anak merasa senang maka kosakata baru akan lebih cepat diserap pula. Belajar bahasa apapun dapat menggunakan lagu maupun syair, Bahasa Indonesia, Inggris maupun mandarin.
  • Bermain huruf dan kata dari berbagai bahan : misalnya membuat huruf berdasarkan nama sendiri dengan renda, kacang, kancing, pipet dan lain-lain. Bermain tebak huruf dengan segala macam tulisan di sekitar, misalnya di kotak susu, kemasan makanan, dan lain-lain. Orang tua juga dapat mengajak anak bermain untuk menyebutkan nama benda/hewan yang dimulai dengan huruf awal. Menuliskan label nama, misalnya kursi di tempat kursi dan lain-lain. Ada banyak permainan yang dapat diterapkan orang tua kepada anak menggunakan huruf.
  • Membaca bersama anak: Menyediakan banyak bahan bacaan misalnya, buku, majalah, poster, media cetak lainnya. Terbiasa melihat bacaan juga dapat meningkatkan minat membaca anak.

3. Memanfaatkan Alat & Bahan di Rumah

Semua benda yang ada di rumah dapat dijadikan alat dan bahan untuk Bermain Bahasa. Bahan bekas, anggota tubuh, perabot rumah tangga, dan lain-lain. Mengajarkan anak menyendok, menjepit, mengaduk, menuang, memotong, membuat proyek (produk) perabot rumah dari barang bekas. Intinya semua yang ada di rumah dapat dijadikan media untuk Bermain Bahasa.

4. Dampingi Anak Bermain

Peran Orang Tua dalam kegiatan Bermain Bahasa:

  • Fasilitator : menyiapkan berbagai alat, bahan, dan macam kegiatan bermain Bahasa; membiarkan anak berkarya sesuai dengan imajinasinya, hindari memberikan petunjuk dan bantuan yang berlebiihan
  • Motivator : menghargai setiap usaha anak, berikan motovasi dan saran yang diperlukan pada saat anak bermain Bahasa. Berikan kata-kata positif ataupun gesture yang positif, dan hindari membandingkan anak satu dengan yang lain.
  • Teman bermain : jadilah teman bermain dan hindari sikap menggurui atau memerintahkan suatu tindakan yang harus dilakukan anak.

Ayo, Papa dan Mama,

Lakukan :

  • Dengarkan dan memberikan respons terhadap kata-kata anak
  • Selalu gunakan kalimat positif dalam memberikan tanggapan kepada anak
  • Ajak anak untuk berdiskusi sebelum dan sesudah kegiatan
  • Pastikan alat dan bahan yang digunakan untuk bermain aman bagi anak
  • Pilih topik cerita yang diminati anak, atau dekat dengan anak
  • Ajak anak berlatih merobek, menempel, menjepit, dan mencoret serta melakukan aktivitas motoric lainnya agar pergelangan tangan dan jari jemarinya sudah kuat saat mulai belajar menulis. Pertimbangkan kesesuaian usia anak dalam melakukan suatu kegiatan. 

Hindari :

  • Memaksa anak untuk membaca atau menulis dengan cara yang tidak menyenangkan
  • Memaksa anak belajar bunyi tanpa makna
  • Memaksa anak menulis tanpa makna
  • Memberikan lembaran kerja yang berlebihan
  • Menganjurkan anak mengikuti kursus membaca
  • Langsung mengajak anak belajar menulis tanpa berlatih otot jari dan pergelangan tangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun