Berakhirlah sudah pendidikan ku di kota ini. Beberapa hari lagi aku akan pulang ke kampung halamanku. Aku tau kamu akan tetap di kota ini. Karena kota ini adalah ladang kamu dan dia untuk mencari nafkah. Aku akan kembali ke kampung halaman asliku. Terimakasih telah mengukir beberapa cerita hebat dan kadang menyakitkan untuk selalu aku ingat. Semoga dengan kepulangnaku ke kampung halamanku adalah awal dari ku untuk melepaskan diriku dari masa lalu bersamamu. Memang tidak adil karena kamu berbuat curang dalam kehidupan ini dengan mengakhiri hubungan kita yang sudah berjalan 4 tahun dengan menikahi perempuan lain. Tapi apa daya. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tanpa sepatah katapun aku tak bisa berkata-kata.Â
Karena begitu teganya kamu meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Tanpa sepatah katapun yang terucap. Dan kita berpisah tak ada kejelasan. Tanpa pamit dan mengikut sertakan dia dalam masalah yang kita hadapi. Maafkan aku. Sampai mulut ku lepas mengucapkan doa doa yang tak pantas ku ucapkan sesama perempuan kepadanya. Hingga akhirnya setelah sekian lama kalian menikah kalian tidak dikarunia anak. Doa doa yang telah ku langitkan itu tidak akan aku cabut, kecuali dia, si perempuan itu meminta maaf kepadaku. Setidaknya luka yang menggores trauma dalam hidupku, bisa terbalaskan dengan kamu yang tidak di karunia i anak dalam rumah tangga kalian.Terimakasih telah mengajarkan aku untuk luka yang tak tau akan sembuh kapan. Setidaknya penantian kamu akan seorang anak dan trauma yang ku miliki adalah imbas dari dosa dosa dia, kamu dan aku. Maaf telah hadir sekian tahun dalam hidupmu.Â
Aku harap tidak ada lagi pertemuan setelah sekian tahun kita berpisah. Tak masalah walaupun lukaku abadi. Menjalani hidup yang tidak adil untukku. Aku berharap tuhan tak pernah mengabulkan permintaanmu kepadanya untuk dikarunia buah hati. Karena kalian bukanlah orang yang pantas untuk dititipkan malaikat kecil. Dia, perempuan itu tidak bisa menghargai perasaan perempuan lain, perempuan yang merendahkan perempuan lain, dia juga bukan seorang yang berpaham dan berpikiran dewasa. Perempuan yang memisahkan dan bukan menyatukan, perempuan yang jadi penghasut yang tak berperasaan. Seandainya kalau dia perempuan itu berpikiran dewasa dan tua tau diri dia juga seorang perempuan, Â dia tidak akan merebut kebahagiaan perempuan lain apalagi merendahkan perempuan yang dia renggut kebahagiannya, karena dia juga seorang perempuan. Sehingga dia tak patut dikasih keturunan.
Dan kamu bukanlah seorang laki-laki yang berwibawa, tak bertanggung jawab, dan juga kamu lari dalam masalah yang kamu hadapi. Seorang ibu yang tak memahami hakekatnya sebagai perempuan, dan seorang ayah yang tak menyelesaikan pilihan hidupnya tak pantas bercita cita untuk memiliki buah hati. Sungguh tak adil hidup aku jalani jika kalian di kasih keturunan. Karena luka itu, tak pernah hilang dari hatiku. Hidup dengan kekosongan, yang bahkan tiap hari ingin mengakhiri hidupnya. Itu tidak mudah. Hidup yang hanya sekedar menjalani hidup, yang tak percaya yang namanya cinta. Bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk diterima dan dijalani. Jadi sudahlah. Luka dan traumaku dalam kehidupan ini akan imbas dengan kalian yang tidak di kasih keturunan. Jadi dalam kehidupan ini anggap saja kita membayar karma dari perbuatan kita masing-masing. Luka dibalas dengan maaf itu tidak adil. Apalagi itu mempengaruhi kehidupan seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H