Xin Nin Kui LeÂ
Semoga sukses dan doa terbaik di Tahun Ular 2025 untuk semua!
Kita mengenal beberapa wilayah dengan sebutan Little Italy, Little India, Koreatown, dan banyak area yang dihuni oleh satu kelompok suku bangsa perantauan. Akan tetapi, dibandingkan nama-nama itu, sepertinya kawasan Pecinan atau Chinatown adalah yang paling banyak ditemui di berbagai belahan dunia.Â
Orang Tionghoa memang ada di mana-mana.
Sejak kecil saya terbiasa dekat dengan etnis ini karena almarhum Ayah saya memiliki banyak teman dekat dari etnis ini. Begitu juga ketika bekerja di Jakarta, banyak rekan kerja saya yang peranakan. Lalu, saya dekat dengan keseharian bangsa ini saat tinggal beberapa tahun di Beijing dan Shanghai.Â
Menurut pendapat saya, orang China itu gigih dalam bekerja dan pantang menyerah dalam meraih sesuatu. Itulah sebabnya orang China ada di mana-mana, karena mereka berani menghadapi dunia baru yang penuh tantangan.
Ada tiga Chinatown terbesar di dunia yang ketiganya berada di Amerika Serikat. Dari ketiga ini, hanya satu yang pernah saya kunjungi. Saat berada di sana, rasanya memang seperti sedang berada di China. Kawasan Pecinan di Amerika Serikat sudah ada sejak abad ke-19.Â
Mereka datang dengan berbagai alasan, ada yang mencari peruntungan baru, melarikan diri dari kekacauan ekonomi dan politik saat itu, dan latar belakang lainnya. Kini ada sekitar 50 kawasan Pecinan di Amerika Serikat.Â
Di Eropa, meskipun tidak sebesar dan sebanyak di Amerika Serikat, Chinatown ditemukan juga di beberapa negara, termasuk di Jerman. Secara umum, besar dan jumlah kawasan Pecinan yang terdapat di Jerman tidak bisa dibandingkan dengan wilayah Pecinan di negara lain. Di Hamburg, distrik St. Pauli sekitar tahun 1890 merupakan rumah para perantauan dari China.Â
Han Bao, begitu orang China menyebut Hamburg. Sama seperti Yogyakarta di Indonesia, Hamburg adalah negara bagian kota (Stadtstaat), kota sekaligus provinsi. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,9 juta (Statista), Hamburg merupakan kota terbesar kedua di Jerman.
Hamburg dikenal juga sebagai Hansestadt, orang sering menyebut Hansestadt Hamburg. Ada beberapa Hansestadt di Jerman, bisa dilihat dari plat nomor kendaraan, dengan huruf "H" seperti HH untuk Hamburg.
Kota Hanseatic adalah kota yang termasuk dalam Hanseatic League*, merupakan aliansi ekonomi kota-kota perdagangan dan kelompok pengusaha yang mendominasi perdagangan di sepanjang pesisir Eropa Utara. Aliansi ini membentang dari Laut Balik hingga Laut Utara dan daratan EropaÂ
(*Hanseatic League dibentuk di Eropa utara pada abad ke-12 dan berakhir pada abad ke-17.)
Jejak Komunitas Tionghoa di Jerman
Sejak awal abad ke-19 sudah ada imigran dari China yang ada di wilayah Eropa Barat. Di Berlin, ada dua orang Tionghoa dengan marga Feng yang bekerja untuk Raja Frederick William III, sebagai penerjemah dan berperan pada pengembangan sinologi (ilmu pengetahuan tentang bahasa dan budaya China).
Banyak orang China yang dipekerjakan sebagai awak kapal oleh perusahaan pelayaran, mereka dianggap gigih dan tidak banyak menuntut. Para mantan pekerja ini kemudian menetap dan membentuk komunitas di kota-kota pelabuhan Eropa, termasuk Hamburg. Kelompok lain dari orang Tionghoa datang ke Eropa untuk belajar, sebagian lainnya bekerja untuk Kekaisaran Jerman.
Schmuckstraße Hamburg
Distrik St Pauli Hamburg sangat dikenal, kapan-kapan akan saya tulis tentang St Pauli (kalau tidak lupa). Komunitas Tionghoa sejak abad ke-19 ada di wilayah ini, tepatnya di sekitar Schmuckstraße. Hamburg merupakan pelabuhan pertama yang disinggahi para pelaut dari Asia.Â
Dengan banyaknya pelaut Asia yang singgah, peluang ini dimanfaatkan oleh "agen tenaga kerja pelaut China." Mereka menyediakan akomodasi, membuka toko dan restoran yang menyediakan makanan lokal, sekaligus juga mengorganisasi pekerjaan di wilayah ini.Â
Beberapa pengunjung memilih untuk menetap, meskipun awalnya secara sembunyi-sembunyi, karena ada pengawasan ketat yang dilakukan oleh otoritas pelabuhan setempat.Â
Namun, setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1918, Republik China dan Jerman menjalin hubungan yang erat. Para pendatang dari China mendapat perlindungan dari perwakilan negaranya dan Kementerian Luar Negeri di Berlin.
Komunitas Tiongkok tumbuh subur di kota ini. Hingga tahun 1920-an tercatat berjumlah sekitar 3.000 orang. Kawasan Pecinan menjadi ramai dengan toko-toko, restoran, tempat binatu, pub, dan juga sarang opium. Situasi ini menimbulkan prasangka dan ketakutan di kalangan penduduk setempat. Penemuan narkoba dan beberapa kasus pembunuhan yang belum terpecahkan menjadi pemicunya.Â
Ketika Sosialis Nasional berkuasa di Jerman, para pekerja Tionghoa dipecat oleh pemilik kapal Jerman. Situasi memburuk ketika pecah Perang Dunia Kedua. Rezim yang berkuasa melecehkan dan menganiaya para migran.Â
Wilayah Pecinan ini kemudian diserbu oleh Gestapo, yang dikenal dengan sebutan "Aksi China." Beberapa orang ditangkap dan dipenjara, sebagian dari mereka dipindahkan ke kamp kerja paksa, setidaknya 17 orang tewas. Pecinan Schmuckstraße dibubarkan dan pendududknya dideportasi.
Schmuckstraße menjadi bagian penting sejarah Kota Hamburg, sekaligus sebagai simbol beragam budaya yang membentuk kota ini. Setelah melewati beberapa dekade, wilayah Pecinan St Pauli mulai dibenahi kembali. Meskipun wajah kota ini tidak lagi seperti dahulu, tetapi mencerminkan hubungan abadi antara Hamburg dengan China dan Asia.Â
Salam hangat dari Jerman
Hennie Triana Oberst
Germany, 01.02.2025
Rujukan: Hamburg.de// Hafenkantehamburg
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI