Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Deteksi Dini Kanker Usus dan Pengalaman Menjalani Kolonoskopi

2 Juni 2024   05:40 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:31 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu lalu saya mengunjungi ginekolog untuk pemeriksaan rutin. Biasanya saya lakukan setiap 18 bulan sekali. Jadwal semestinya tahun lalu. Namun, kondisi badan saya masih belum pulih setelah dua kali menjalani operasi. 

Manfaat ke ginekolog adalah untuk mengetahui kesehatan organ reproduksi perempuan, serta pemeriksaan payudara untuk deteksi dini kanker.

Seperti biasa, tiba di praktik dokter, saya melapor kepada resepsionis. Langkah selanjutnya, setiap pasien diminta untuk mengambil urine dan meletakkan di meja yang tersedia di ruangan laboratorium.

Saya memasuki ruang dokter. Perawat mengetuk pintu dan memberikan kertas kecil kepada ginekolog. 

"Ada darah di urine anda," kata dokter. 

Dokter berusaha menenangkan dan mengatakan untuk menuju ruang periksa, memastikan semua baik-baik saja. Hasilnya memang semua tidak ada masalah. 

Dokter menyarankan untuk melakukan tes feses dan memberikan satu paket kecil alat tes dan keterangannya. Tes feses ini bukan pertama kali saya lakukan. 

Ada beberapa faktor tes fese penting dilakukan, misalnya gejala yang tidak jelas pada saluran pencernaan dalam jangka waktu yang lama seperti sakit perut, kram, diare, atau sembelit.

Hasil pemeriksaan saya sangat mengkhawatirkan, 'ada hemoglobin di dalam fases', begitu tertulis hasil laboratorium. Dokter mengirimkan surat rujukan untuk melakukan Darmspiegelung atau Kolonoskopi 

Ada beberapa penyebab feses mengandung darah, misalnya karena wasir, robekan pada selaput lendir anus, robekan pada kerongkongan, peradangan dan iritasi pada selaput lendir di usus atau lambung karena gastroesophageal reflux (GERD), atau karena tukak lambung. 

Darmspiegelung (Kolonoskopi)

Kolonoskopi dilakukan untuk mengklarifikasi gejala tertentu penyakit usus dan juga digunakan untuk deteksi dini kanker usus. 

Tidak ada jalan lain kecuali mematuhi apa yang disarankan dokter. Perasaan saya kacau, banyak pertanyaan di dalam kepala, dan memikirkan kemungkinan terburuk.

Dibantu suami menghubungi beberapa klinik dan praktik dokter gastroenterologi (ilmu kedokteran penyakit sistem pencernaan). Di Jerman, jika tidak darurat terkadang sulit mendapatkan Termin (jadwal temu) di praktik dokter, klinik, maupun rumah sakit. Akhirnya, saya mendapat Termin yang tidak lama di rumah sakit kota sebelah. 

Konsultasi

Hari Senin saya mendapat jadwal konsultasi, bagaimana prosedur dan persiapan yang diperlukan sebelum kolonoskopi.

Seorang Prof. medis sebagai dokter kepala di rumah sakit yang akan menangani saya. Pria setengah baya yang ramah ini menjelaskan dengan rinci bagaimana kolonoskopi yang akan dilakukan hari Jumat. 

Persiapan

Ada resep yang harus saya tebus berupa dua botol obat pencahar yang harus diminum sehari dan pagi hari sebelum Darmspiegelung dilakukan. Obat Ini untuk membersihkan usus agar pelaksanaan kolonoskopi dapat berjalan tanpa hambatan.

Dokter itu tertawa saat saya bertanya rasa obat pencahar. "Jujur ya, sama sekali tidak enak," ujarnya. Namun, ada trik yang menurutnya membantu. Gigit potongan lemon sebelum meminum obat pencahar. Rasa lemon akan sedikit mengurangi rasa obat. Ini sudah saya buktikan dan dokter itu benar. 

Tiga hari sebelum hari-H, pasien harus mengonsumsi makanan rendah serat, menghindari biji-bijian, termasuk buah yang mengandung biji-bijian seperti kiwi, stroberi, apel, dan lainnya. 

Agak rumit. Saya memutuskan mulai Selasa hanya menyantap kuah sup bening dan minum air putih serta teh buah tanpa gula dan susu. Untuk teh buah sudah saya tanyakan kepada dokter, saya boleh minum teh jenis apa pun.

Satu hari sebelum kolonoskopi, pasien hanya boleh makan siang. Bagi saya tidak ada bedanya. Cukup berat juga selama tiga hari hanya makan kuah bening serta minum air dan teh. Harum makanan yang saya masak untuk keluarga cukup menggoda, tetapi tidak boleh melanggar.

Pengalaman Kolonoskopi  

Karena tidak diminta untuk datang lebih awal dari jadwal, maka saya melapor sekitar 5 menit sebelumnya. Petugas rumah sakit langsung mengantar saya ke ruang tunggu. Tidak sampai satu menit saya dipanggil masuk dan persiapan kolonoskopi dilakukan, berganti pakaian dengan pakaian rumah sakit, berbaring di tempat tidur, perawat mengukur tekanan darah dan mengambil darah.

Tempat tidur didorong memasuki ruang pelaksanaan kolonoskopi. Suasana ruang operasi yang mengingatkan pengalaman tahun lalu. Para perawat dan dokter yang ramah membuat rasa gugup berkurang.

"Bisa disuntik sekarang?" tanya perawat kepada dokter. 

Dokter mengiyakan. Perawat perempuan itu berkata kepada saya akan memberikan suntikan yang akan membuat saya tidur. 

Benar saja, setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi. Saat terbangun, saya sudah berada di ruangan awal sebelum pelaksanaan kolonoskopi dilakukan. Samar-samar saya mendengar dua orang berdialog.

Seorang perawat membuka tirai dan menyapa setelah mendengar saya bersin. Saya sudah sadar. Pria itu menawarkan secangkir teh buah dan mengatakan saya bisa berganti pakaian, tetapi harus tetap di ruangan sampai dokter datang.

Proses kolonoskopi biasanya berjalan tidak lama, sekitar 20 sampai 30 menit. Namun begitu, meskipun cepat sadar, pasien masih berada di bawah pengaruh obat bius. Oleh sebab itu tidak dibolehkan untuk mengemudi selama 24 jam.

Alhamdulillah, hasil kolonoskopi saya negatif. Dokter mengatakan agar saya melakukan lagi prosedur ini sepuluh tahun yang akan datang.

Kolonoskopi, deteksi dini kanker usus 

Menurut para ahli, kolonoskopi merupakan metode pemeriksaan yang aman dan akurat untuk mendiagnosis penyakit usus. Jika terdapat polip di usus, dokter akan mengangkatnya. Hal ini akan mengurangi risiko kanker usus besar.

Sebagian besar polip tetap berukuran kecil dan tidak berbahaya. Akan tetapi, beberapa tumbuh selama bertahun-tahun dan menjadi ganas. Kanker usus hampir selalu berkembang di usus besar. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus atau penyakit radang usus kronis, memiliki risiko tinggi terkena kanker usus.

Salam sehat

Hennie Triana Oberst
Germany. 01.06.2024
Rujukan: Info Medizin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun