Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Helvetia, Kenangan, dan Jejak Swiss di Medan

22 November 2023   04:11 Diperbarui: 22 November 2023   19:48 2365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi warga Medan, Helvetia bukanlah sebutan yang asing. Helvetia adalah salah satu kecamatan yang ada di kota Medan. Saya mengenal wilayah ini saat masih kecil. Di wilayah Helvetia ini perumnas (Perumahan Nasional) pertama di Medan dibangun, namanya Perumnas Helvetia.

Seingat saya, semua guru sekolah dasar di mana ibu saya mengajar, membeli rumah di perumnas Helvetia ini. Mungkin ditawarkan pada guru-guru sekolah negeri karena pada waktu itu gaji mereka tidak sebanyak gaji guru zaman sekarang. 

Lucu juga, guru-guru itu punya rumah yang jaraknya relatif berdekatan di perumnas yang nama jalannya dibuat dengan nama bunga. Kebanyakan para guru ini menjadikan rumah di perumnas Helvetia sebagai rumah kedua, karena lokasi perumnas lumayan jauh dari tempat mereka mengajar.  

Masih lekat di ingatan, sesekali di akhir minggu saya ikut menginap bersama orang tua di rumah perumnas. Ini dilakukan sekaligus untuk membersihkan rumah, juga agar rumah tidak terlihat kosong dalam waktu yang lama. Entah kapan tepatnya, rumah kami itu kemudian disewakan. Lalu dijual setelah kedua orang tua kami berpulang.

Ilustrasi Helvetia di koin  2 CHF | Foto: Pixabay/ Guenter/ Moritz320
Ilustrasi Helvetia di koin  2 CHF | Foto: Pixabay/ Guenter/ Moritz320

Siapakah Helvetia?

Agak menggelikan, saat suami adik yang berasal dari Swiss mendengar bahwa di Medan ada tempat yang bernama Helvetia. Ternyata istrinya bukan orang jauh, tetapi berasal dari sekitaran Helvetia juga. 

Suku bangsa Helvetia adalah suku Celtic. Suku ini sejak abad pertama SM sudah bermukim di dataran tinggi Swiss. Orang Romawi kuno menyebut wilayah ini Helvetia. Pemukiman suku Helvetia sebagian besar kemudian diambil alih oleh bangsa Romawi. 

Bangsa Helvetia secara bertahap harus beradaptasi dengan gaya hidup orang Romawi. Mereka menyebutnya "di-Romawi-kan," meskipun budaya, kebiasaan, dan kepercayaan akan dewa-dewa Celtik tetap dipertahankan.

Setelah Kekaisaran Romawi runtuh, wilayah mereka diduduki oleh suku-suku Jermanik dari Alemania. Budaya orang Helvetia pun berubah mengikuti budaya dan bahasa Alemania. Hanya sebagian kecil wilayah yang masih tetap menggunakan bahasa Latin Helvetia. Wilayah kecil di Swiss ini yang sampai sekarang menggunakan bahasa Rhaeto-Romanic.

Helvetia sebutan untuk Swiss

Swiss memiliki simbol CH, akronim dari kata bahasa Latin "Confoederatio Helvetica," yang artinya adalah Konfederasi Helvetia/ Konfederasi Swiss.

CH ini digunakan sebagai simbol negara Swiss. Kita bisa lihat pada kode mata uang Swiss Franc, selain Fr, dalam dunia internasional ditulis dengan CHF, begitu juga domain ".ch" digunakan yang melambangkan negara Swiss. 

Jika berkendara di jalanan Jerman dan negara Eropa lainnya, orang bisa melihat stiker dengan tulisan CH di bagian belakang mobil dari Swiss. Begitu juga pada rambu lalu lintas menuju perbatasan Swiss, tertulis nama kota dan kode CH di sebelahnya.

Istana Maimun - Kesultanan Deli di Medan | foto: HennieOberst 
Istana Maimun - Kesultanan Deli di Medan | foto: HennieOberst 

Helvetia adalah Ibu dari Swiss

Helvetia, sosok wanita yang menjadi identitas dan simbol Persatuan Swiss ini mulai dikenal pada abad ke-17. Dalam drama karya Johann Caspar Weissenbach, seorang penulis dari Swiss, ada Helvetia sebagai tokoh politik.

Figur Helvetia menjadi semakin penting sebagai simbolisme nasional, hingga berdirinya negara federal Swiss pada tahun 1848. Sampai saat ini sosok Helvetia masih tercetak di uang pecahan 50 sen dan 2 Swiss Franc.

Helvetia di Medan

Tanah Deli merupakan sebutan untuk  kota Medan. Medan adalah wilayah Kesultanan Deli; sebuah kesultanan Melayu. Peninggalan sejarah ini masih bisa dilihat sampai sekarang, misalnya, Istana Maimun dan Masjid Raya Al Mahsun. 

Saat ini suku Melayu di Medan tidak lagi merupakan suku mayoritas. Medan merupakan kota dengan multi etnis dengan ragam sukunya, seperti Jawa, Batak, Tionghoa, Minang, Melayu, India, dan suku lainnya. 

Banyak orang di luar Medan dan Sumatra Utara menganggap bahwa Medan identik dengan Batak. Mungkin karena Batak merupakan suku yang paling banyak di Sumatra Utara dan Medan sebagai ibukota provinsi merupakan tempat tujuan bagi warga berbagai daerah di sekitarnya.

Salah satu bangunan cagar budaya di Deli Serdang | foto: analisadaily.com
Salah satu bangunan cagar budaya di Deli Serdang | foto: analisadaily.com

Sejak dahulu Medan telah menjadi kota multi etnis. Bahkan bangsa Swiss juga pernah ada di Tanah Deli. Sebetulnya tidak mengherankan jika beberapa bangsa dari Eropa pernah berada di Indonesia, yang dulunya adalah Hindia Belanda.

Albert Breker, seorang pengusaha asal Swiss mendirikan perusahaan perkebunan tembakau di utara Medan dengan nama Helvetia. Perkebunan Helvetia mengkhususkan pada produk pertanian pala dan tembakau. Tembakau Deli dahulu sangat dikenal dunia dan menjadi rebutan di pasar lelang tembakau di Jerman dan Belanda, khususnya oleh pengusaha pabrik cerutu.

Kejayaan Perkebunan Helvetia berakhir, terutama setelah kemerdekaan Indonesia. Area perkebunan perlahan beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman penduduk. Sebagian area bekas perkebunan Helvetia menjadi distrik administrasi Medan, sedangkan sebagian lagi merupakan wilayah Kabupaten Deli Serdang.

***

Hennie Triana Oberst
Germany, 21.11.2023
Rujukan: Suara Desa Sumut, Klexikon,
Buku "Planter and Peasant" -  Karl J. Pelzer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun