Abad Kegelapan - Abad PertengahanÂ
Abad Pertengahan dimulai tahun 500, setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi barat. Masa ini berlangsung hingga tahun 1500. Zaman ini sering dianggap sebagai "abad kegelapan." Masa yang ditandai dengan migrasi penduduk setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi, perang, penindasan, kemunduran pendidikan, percaya pada takhayul, dan wabah Maut Hitam (Black Death).
Akan tetapi, pada masa yang sama, Abad Pertengahan menampilkan sisi menariknya. Banyak bangunan Kastel, gereja, lingkungan dan tata kota yang indah dan memiliki ciri khas lanskap kota Abad Pertengahan yang sebagian masih bisa dilihat hingga sekarang.
Ternyata, kejatuhan Kekaisaran Romawi ikut menyapu kebiasaan mereka dalam urusan buang air. Toilet umum yang sudah ada pada masa itu tidak lagi berkembang, bahkan rusak dan ditinggalkan.Â
Pada Abad Pertengahan toilet umum tidak lagi tersedia di kota-kota. Orang yang sedang bepergian dan berada di luar rumah kesulitan mencari toilet. Masyarakat kelas bawah yang harus berjuang untuk bertahan hidup memanfaatkan situasi ini. Mereka melakukan pekerjaan sebagai penyedia jasa toilet keliling. Abtrittanbieter begitu sebutannya dalam bahasa Jerman.Â
Pekerjaan sebagai Abtrittanbieter ini tidak hanya dilakukan pria, tetapi juga oleh wanita. Mereka bekerja dengan membawa dua ember yang terbuat dari kayu dengan tutupnya. Dua ember ini dikaitkan pada rantai, kemudian digantungkan pada kedua ujung sepotong kayu, lalu dipikul di pundak oleh penyedia toilet.Â
Menjadi penyedia toilet umum keliling bukanlah pekerjaan yang disukai siapa pun. Kemiskinan membuat masyarakat rela melakukan pekerjaan apa saja, bahkan pekerjaan yang dianggap menjijikkan.Â
Saat bekerja, Abtrittanbieter menggunakan topeng untuk menutupi wajah mereka agar tidak dikenali. Mereka juga menggunakan jubah lebar, panjang, dan tebal sebagai pakaian kerja. Jubah ini akan dibentangkan untuk menutupi pelanggan yang menggunakan toilet. Pelanggan mereka akan nyaman buang air tanpa terlihat oleh orang lain.
 Pekerjaan penyedia toilet keliling akhirnya berakhir setelah toilet-toilet umum kembali dibuat dan tersedia di seluruh kota.