Smilla (bukan nama sebenarnya) memegang lentera dengan hiasan warna-warni di tangannya. Gadis kecil anak tetangga ini akan melakukan Parade lentera dengan anak-anak lain dan tenaga pengajar mereka dari Kindergarten.Â
Parade lentera yang dikenal dengan sebutan Laternenumzug atau Laternenlauf ini dilakukan setiap tahun pada tanggal 11 November. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Santo Martin, yang wafat pada tahun 397 dan dimakamkan pada tanggal 11 November.Â
Umumnya setiap Kindergarten melakukan kegiatan ini, sebagian sekolah dasar juga memiliki agenda kegiatan ini. Di beberapa kota, pawai lentera dirayakan lebih semarak dengan banyaknya peserta dan acara yang lebih meriah.Â
Beberapa minggu sebelum tanggal 11 November, banyak toko dan supermarket yang menjual lentera yang sudah jadi. Akan tetapi, banyak orang tua yang membuat lentera ini bersama anak mereka.Â
Anak-anak biasanya lebih suka membuat sendiri lentera mereka. Proses perakitan lampion biasanya dilakukan oleh orang tua anak, sedangkan menempel hiasan pada permukaan lentera dilakukan oleh anak-anak. Mereka bebas berkreasi membuat lentera masing-masing terlihat indah.Â
Aktivitas ini juga tidak saya lewatkan selama tiga tahun putri saya berada di Kindergarten. Bahan-bahannya dibawa dari rumah (dari kemasan bekas) dan pernak-perniknya dari Kindergarten, serta bahan baku tambahan yang kami beli dari urunan para orangtua.
Parade Lentera
Tradisi parade lentera ini dikenal di Jerman, Austria, Swiss, Luxemburg, sebagian wilayah Belgia, Tyrol Selatan (provinsi paling utara di Italia), dan Upper Silesia di Polandia. Perayaan ini berkaitan erat dengan Kekristenan. Dalam agama Kristen, cahaya memiliki arti yang sangat penting.Â
Hari Santo Martin bertepatan juga dengan akhir masa panen. Dulu, setelah panen selesai masyarakat menyalakan api di ladang mereka. Anak-anak membuat lentera dari labu atau lobak. Tradisi ini merupakan simbol rasa syukur mereka atas panen yang didapat dan menutup tahun panen.Â
Saat melakukan parade lentera, anak-anak membawa lentera yang menyala dan berjalan keliling di desa dan kota. Sambil jalan mereka akan menyanyikan lagu-lagu;
- "Ich gehe mit meiner Laterne,
und meine Laterne mit mir.
Da oben leuchten die Sterne,
hier unten leuchten wir ..."
- ("Aku berjalan dengan lenteraku,
dan lenteraku bersama aku.
Di atas bersinar bintang-bintang,
di bawah sini kita bersinar ...")
Santo Martin
Martin adalah putra seorang perwira Romawi. Dia lahir pada tahun 316 di Pannonia (satu provinsi di masa Kekaisaran Romawi). Saat berusia 15 tahun, Martin menjadi seorang prajurit di divisi kavaleri Romawi di Galia. Martin terkenal sebagai orang yang suka menolong. Suatu hari di musim dingin saat berkuda, dia berjumpa dengan seorang pengemis yang kedinginan di luar gerbang kota. Karena merasa iba, Martin memotong jubahnya menjadi dua bagian dan memberikan satu bagian kepada pengemis.
Pada malam hari, Martin bermimpi tentang Yesus, yang berkata; "Apa yang telah kamu berikan kepada pengemis itu, kamu telah memberikan kepada-Ku."
Setelah peristiwa itu, Martin meninggalkan dinas militer. Dia kemudian pergi ke Poitiers di Prancis, menemui Uskup Hilarius yang kemudian menjadi gurunya.Â
Kisah tentang Santo Martin yang bertemu pengemis ini ditampilkan dalam bentuk drama hingga sekarang. Biasanya pementasan drama Santo Martin menjadi acara puncak Parade Lentera dan acara peringatan Hari Santo Martin.Â
- "Laterne, Laterne, Sonne, Mond und Sterne ..."
("Lentera, lentera, matahari, bulan dan bintang-bintang ...")
Hennie Triana Oberst
Germany, 11.11.2023
Referensi; Sankt Martin/ BR, RND
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI