Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

4 Tips Penerangan Taman Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

6 November 2023   01:32 Diperbarui: 6 November 2023   16:14 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
4 Tips penerangan taman hemat energi dan melindungi alam | ilustrasi lampu taman | foto: HennieOberst—

"Jam tidur dan kawinnya binatang pun dipikirin sama orang Jerman." 

Seorang teman berkata sambil tertawa. Saat itu kami sedang berjalan di satu pemukiman, yang (menurut kami) agak gelap. Ucapan itu memang benar adanya. Segitunya orang Jerman memikirkan lingkungan sekitarnya. 

Secara umum, penerangan pada malam hari di Jerman relatif redup. Bahkan di beberapa ruas jalan tol dan Landstrasse (jalan raya antara satu kota ke kota lainnya), hampir tidak ada lampu penerangan. Di sepanjang jalan perumahan dan jalanan kota dipasang lampu penerang jalan, tetapi pada jam tertentu akan mati secara otomatis.

Teras dan halaman rumah di Jerman memiliki penerangan yang sangat minim. Beberapa rumah malahan pada malam hari tidak ada penerangan di luar sama sekali, kecuali di pintu masuk dengan lampu sensor. Sebagian menganggap memang tidak perlu ada penerangan pada malam hari karena memang seperti itu berjalannya siklus alam.

Polusi cahaya membawa dampak buruk

Secara alami, dalam sehari ada siang dan malam, ada gelap dan terang. Pengecualian ini ada di beberapa negara sekitar lingkaran Arktika, seperti Swedia, Finlandia, Norwegia, Rusia, Alaska, Kanada, Greenland. Pada beberapa waktu pada musim panas, terlihat matahari bersinar hampir 24 jam lamanya. Meskipun hal itu terjadi setiap tahun, siklus alam ini bukan polusi cahaya. 

Polusi cahaya, menurut KBBI adalah efek berbahaya yang disebabkan oleh cahaya buatan seperti lampu jalan, gedung, dan sebagainya yang berakibat mengganggu siklus alami organisme hidup dan menghambat pengamatan astronomi -(aplikasi KBBI V) 

Kota yang diterangi dan dihiasi lampu warna-warni sepanjang malam, seperti banyak kota besar di dunia, terlihat indah dan menjadi daya pikat yang luar biasa. Akan tetapi, cahaya yang berasal dari lampu penerangan, lampu gedung dan gemerlapnya papan iklan ini mengganggu ritme alami kehidupan hewan, tumbuhan, dan juga kesehatan manusia. 

Kita tidak mungkin beraktivitas penuh selama 24 jam. Metabolisme tubuh memerlukan waktu untuk istirahat. Secara alami, tubuh akan beristirahat pada malam hari. Penerangan di mana-mana pada malam hari membuat jam biologis kita tidak selaras. 

Gangguan kesehatan mungkin terjadi, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, dan depresi. Oleh sebab itu disarankan untuk tidur tanpa lampu atau menggunakan lampu tidur dengan penerangan yang minimum.

Hewan menderita karena cahaya lampu malam hari

Manusia bisa melihat jam untuk membedakan siang dan malam, tetapi tidak begitu dengan tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dan hewan hanya bergantung pada lingkungan di sekitarnya.  

Hewan-hewan kecil dan serangga yang semestinya tidur pada malam hari akan terganggu karena cahaya yang terang, termasuk juga lampu-lampu di taman dan pekarangan rumah. Mereka biasanya mencari makan saat siang hari. 

Cahaya lampu malam hari bisa mengganggu rute yang dilalui hewan, seperti landak dan burung. Selain itu, hewan kecil lain dan serangga akan keluar dari tempat tinggal mereka untuk mencari makanan. Kelelahan dan asupan makanan yang tidak seimbang dapat menyebabkan kematian.   

Polusi cahaya membawa berpengaruh pada seluruh ekosistem. Kehidupan manusia bergantung pada tumbuhan dan hewan, khususnya serangga. Serangga memberikan kontribusi besar pada keanekaragaman hayati dan pasukan makanan kita. Serangga sangat berjasa dalam penyerbukan pada tanaman.

Lampu taman di sudut halaman rumah| foto: HennieOberst 
Lampu taman di sudut halaman rumah| foto: HennieOberst 
Penerangan taman hemat energi

Meskipun halaman rumah kami relatif kecil, tetapi kurang lengkap rasanya jika tidak diberi hiasan lampu. Paling tidak, ada lampu redup yang menerangi jalan masuk sebelum mendekati pintu. Lampu sensor di depan pintu rumah akan menyala otomatis jika ada benda bergerak yang mendekati. 

Lampu taman yang kami pasang di taman tidak banyak, ini demi melindungi hewan kecil yang hidup di sekitar lingkungan. Selain itu juga menjaga keharmonisan bertetangga. Jangan sampai ada tetangga yang keberatan akibat lampu yang terlalu terang di malam hari. 

Di Jerman, kita tidak bisa mengatakan;
"Ah, suka-suka kami. Ini pekarangan pribadi. Mau pasang lampu seterang apa, itu urusan kami."

Tetangga tidak bisa kita pilih. Oleh sebab itu sebisanya menjaga hubungan baik dengan tetangga di sekitar tempat tinggal. Berikut ini kiat yang kami lakukan;

1. Gunakan lampu hemat energi, seperti LED (light emitting diode).
Saat ini hanya dijual lampu LED. Sejak 1 September 2012, penggunaan bola lampu konvensional dilarang di Uni Eropa. Lampu LED lebih sedikit mengonsumsi listrik dan memiliki masa pakai yang lebih lama dibanding lampu konvensional.

2. Pasang lampu yang redup, atau atur cahaya redup
Malam hari kita tidak membutuhkan cahaya yang terang benderang. Lampu taman di jalan masuk hanya untuk memandu arah. Lampu di sekitar teras untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman dan indah.

3. Gunakan timer
Atur lampu secara otomatis hidup dan mati pada jam yang telah ditentukan. Lampu di halaman rumah kami akan hidup pada jam tertentu ketika hari gelap dan mati setelah tengah malam. 

4. Jangan memasang lampu terlalu banyak
Poin ini demi mengurangi polusi cahaya sekaligus menghemat pengeluaran. 

Akhir kata

Kita belajar banyak hal dari kebiasaan di rumah. Tips sederhana yang kami lakukan di rumah membuat taman terlihat tetap cantik dan kami tetap ikut menjaga keseimbangan lingkungan. 

Hennie Triana Oberst
Germany, 05.11.2023
Rujukan: Nabu, Garten/mdr
"Rumah Hemat Energi"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun