Seorang kenalan saya pernah bercerita bahwa dia pernah ikut wisata kelompok dan mengunjungi 7 negara Eropa dalam sepuluh hari.Â
Apakah mungkin itu dilakukan? Sangat mungkin. Hanya saja, waktu yang singkat harus dibagi sedemikian ketat untuk mengunjungi tempat-tempat wisata populer.
Saking terburu-burunya cara berwisata seperti itu, ada konten video parodi yang menggambarkan wisatawan yang datang ke banyak tempat dalam waktu singkat hanya sekadar untuk berfoto.
Slow travel lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas.Â
Slow travel pada prinsipnya adalah kebalikan dari perjalanan yang terjadwal sangat ketat dari tempat tujuan wisata yang satu ke tempat lainnya.Â
Mengakrabi Budaya Lokal
Orang yang melakukan perjalanan liburan umumnya bermaksud melihat tempat yang menarik dan disukai. Mereka ingin menikmati waktu tenang, sejenak keluar dari kesibukan sehari-hari.
Memilih untuk melakukan slow travel, orang tidak mengejar satu hot spot destinasi wisata ke tempat sedang hits berikutnya. Pelaku perjalanan lebih menikmati perjalanan dengan cara lebih santai, sambil mengamati, berinteraksi, dan menyatu dengan masyarakat lokal dan aktivitas mereka.Â
Gaya perjalanan santai ini juga yang dilakukan oleh sahabat saya. Dia ingin mengunjungi kembali Jerman dan beberapa tempat yang pernah dikunjunginya.Â