Berapa lama biasanya seseorang menggunakan dan menyimpan pakaian sebelum melungsurkan atau membuang pakaian itu?
"Mama, kenapa nggak disimpan saja pakaian yang dulu?" Putri saya bertanya dengan nada sedikit menggerutu.Â
"Mau berapa puluh tahun mesti Mama simpan?" Pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaan.Â
Saya tidak bisa menahan tawa mendengar pertanyaan itu. Dia tidak tahu, di usia saya waktu itu, tidak terpikirkan akan memiliki seorang anak yang menggemaskan seperti dia. Belum lagi membayangkan tingginya gunungan baju, jika saya menyimpan pakaian yang dikenakan ketika usia 20 tahunan.Â
"Ya disimpan aja, nunggu aku besar." Lanjut putri saya sedikit merajuk melihat saya tertawa.
- Tren mode itu seperti roda yang berputar. Ada masanya mode yang telah lampau akan muncul dan kembali menjadi tren mode baru.
Beberapa tahun terakhir, tren mode tahun 90an dan 2000 kembali muncul. Mode yang cocok dikenakan oleh anak remaja dan anak muda usia sekitar 20 tahunan. Putri saya kadang bertanya, apa dia boleh meminjam baju saya, yang menurutnya cocok untuk usianya. Sebagian pakaian itu saya serahkan ke dia, terutama yang terlalu ketat.
Beda musim beda bajunya
Agaknya, selama tinggal di negara empat musim membuat saya lebih cepat bosan dengan baju milik sendiri. Ini disebabkan pakaian satu musim ke musim berikut tidak cocok lagi digunakan. Terpaksa harus menunggu musim yang sama datang kembali pada tahun berikut. Hanya, terkadang, ketika tiba musimnya, pakaian itu seperti tidak lagi nyaman dipakai dan ketinggalan zaman.
Sebetulnya, saya tidak termasuk orang yang mengikuti trend mode. Pakaian yang saya pilih adalah yang sesuai dengan selera dan bentuk tubuh (sesuai pesan almarhum ayah).Â
Karena itulah, Â saya lebih memilih pakaian dan perlengkapan timeless, terutama jaket dan mantel, serta sepatu. Barang-barang ini bisa dipakai beberapa tahun dan tetap terlihat pas dengan musimnya.
Altkleider-Container di Jerman
Minggu-minggu terakhir ini temperatur udara mulai menurun. Saya mulai menyusun dan mengganti posisi pakaian musim panas dengan pakaian musim dingin, agar gampang dicari.
Menyortir baju paling tidak harus saya lakukan dua kali dalam setahun. Sebagian baju masuk lagi ke lemari, baju koyak dan bolong masuk tong sampah.
Bagaimana dengan pakaian yang masih bagus, tetapi tidak ingin dikenakan lagi?Â
Kalau disimpan terus akan memenuhi lemari.Â
Dulu, ibu saya selalu mengumpulkan pakaian bekas kami yang layak pakai untuk disumbangkan kepada beberapa tetangga di desa tempat kerabat tinggal. Ini memang permintaan dari mereka. Jadi, kedua pihak sama-sama nyaman. Tidak ada perasaan "direndahkan" bagi penerima, dan pemberi tidak merasa "membuang" barang tak berguna.
Kalau ibu saya punya jalan keluar seperti itu, saya memiliki jalan lain mengurangi isi lemari. Anggota keluarga dan kerabat saya tidak banyak di sini. Ada pilihan yang bisa dilakukan, misalnya;
1. Â DijualÂ
Sekarang banyak toko secondhand bertebaran, bahkan yang online. Pakaian bekas bisa dijual di toko secondhand dengan cara menitipkan ke toko, atau mandiri dengan menggunakan aplikasi yang tersedia.Â
Pilihan lain bisa dijual langsung kepada konsumen dengan membuka lapak di Flohmarkt. Kedua cara ini tidak saya lakukan karena agak merepotkan.
2. Disumbangkan ke lembaga sosialÂ
- Sumbangan langsungÂ
Di Jerman, ada lembaga sosial kemanusiaan yang menerima langsung sumbangan pakaian. Karena sumbangan langsung, mereka hanya menerima sumbangan yang dibutuhkan. Kita tidak bisa datang begitu saja tanpa ada janji temu, bisa dilakukan lewat telepon atau email.Â
Kami pernah melakukan ini ketika mertua saya meninggal dunia. Kebetulan ada lembaga sosial dekat rumah mertua yang menerima sumbangan pakaian dan beberapa barang yang telah kami sortir.
- Dimasukkan ke Altkleider-Container
Di Jerman, hampir di setiap kelurahan atau desa tersedia boks pengumpulan baju bekas. Umumnya diletakkan di lahan parkir supermarket besar, zona perbelanjaan, kawasan publik seperti parkiran, tanah lapang, atau sudut taman kota.
Di dekat rumah saya ada kontainer dari Deutsches Rotes Kreuz (Palang Merah Jerman). Kontainer ini terletak di pinggir Bach (sungai kecil) di area publik, dekat taman bermain anak, dan berseberangan dengan halaman stasiun pemadam kebakaran.
Saya lebih menyukai menyumbangkan pakaian bekas layak pakai melalui kontainer pakaian bekas. Cara ini sangat praktis dan tidak merepotkan. Cukup 4 menit berkendara dari rumah menuju boks pakaian ini.Â
Apa yang harus diperhatikan?
- Barang layak pakai
Menyumbang barang tidak sama dengan membuang barang. Barang yang kita sumbangkan akan dipakai kembali oleh orang lain.Â
Begitupun, tidak semua sumbangan dapat dimanfaatkan kembali dengan baik. Hal ini disebabkan sebagian orang memasukkan barang yang sudah rusak atau yang tidak termasuk dalam daftar kategori sumbangan. Barang-barang ini akhirnya harus dimusnahkan. Oleh sebab itu, pilihlah barang yang masih bagus, layak pakai, dan tidak rusak.Â
Sumbangan tidak terbatas pakaian saja, tetapi juga selimut, gorden, seprai, sarung bantal, taplak meja, handuk, ikat pinggang, dan tas. Karpet, kasur, selimut berisi bahan poliester (bukan dari bulu angsa) tidak boleh dimasukkan ke dalam kontainer.
Kumpulkan barang yang akan disumbangkan dalam kondisi bersih dan kering. Lalu masukkan ke dalam bungkusan yang tidak gampang sobek. Ini akan membantu dan memudahkan pekerjaan petugas yang menangani.Â
 Kontainer pakaian juga menerima sepatu. Sepatu harus disatukan agar tidak terpisah dari pasangannya. Sepatu bertali gampang menyatukannya, cukup ikatkan tali sepatu kiri dan kanan.Â
- Siapa penyedia boks pakaian bekas
Altkleider-Container yang ada di Jerman disediakan oleh berbagai lembaga sosial kemanusiaan, seperti Palang Merah, Caritas, dan lainnya.Â
Sumbangan dari warga yang ada di kontainer akan dijual kepada perusahaan barang bekas dan daur ulang tekstil. Hasil penjualan akan digunakan untuk kepentingan kemanusiaan, sesuai tujuan lembaga sosial itu.
Disarankan agar warga berhati-hati dan memperhatikan logo yang ada di kontainer. Beberapa pihak ada yang memanfaatkan boks pengumpulan pakaian bekas untuk keuntungan pribadi. Mereka menyediakan kontainer di area publik, atau memasukkan flyer ke kotak surat dengan keterangan "pengumpulan baju dan sepatu bekas" pada tanggal tertentu.Â
Bukankah lebih baik sumbangan kita diberikan kepada instansi resmi untuk kepentingan sosial kemanusiaan, daripada diberikan kepada beberapa orang untuk kepentingan pribadi?
Akhir kata
Warga Jerman masih membuang banyak pakaian. Tercatat tahun 2022 berkisar 462.500 ton tekstil. (destatis.de)
Menggunakan pakaian lungsuran atau memberikan pakaian yang masih layak pakai kepada orang lain akan membantu mengurangi tumpukan sampah tekstil. Hal ini salah satu cara kita menjaga lingkungan agar tidak semakin rusak demi kepentingan bersama dan generasi berikutnya.
Bagaimana dengan Kompasianer? Apa yang dilakukan dengan pakaian dan sepatu bekas yang masih layak pakai?
Hennie Triana Oberst
Germany, 24.10.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H