"Setiap orang memiliki hak atas pendidikan."
Begitu yang dirumuskan dalam pasal 26 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sejak tahun 1948, pada Sidang Umum ke-58 PBB.
Negara dan orang tua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh untuk memberikan akses pendidikan pada anak. Akan tetapi, kesempatan ini tidak bisa dikecap semua anak. Di luar sana masih banyak anak yang tidak bisa sekolah, atau terpaksa putus sekolah.
Ada beragam latar belakang kenapa anak-anak tidak bisa menikmati pendidikan, misalnya, tidak tersedia sekolah dan tenaga pengajar di lingkungan mereka, alasan sosial budaya, dan tidak adanya uang untuk membayar biaya sekolah.Â
Bagi keluarga yang hidup dalam kemiskinan memenuhi kebutuhan biaya sekolah merupakan hal yang sangat berat. Jangankan membayar biaya sekolah, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja sungguh menyulitkan. Anak-anak terpaksa harus bekerja untuk menyokong biaya hidup keluarga.
Sebetulnya, banyak orang tua dari keluarga miskin yang menginginkan agar anak mereka dapat mendapat pendidikan yang layak. Hanya saja, mereka tidak mampu mencari jalan keluar dan akhirnya pasrah dengan keadaan. Padahal pendidikan sangat penting.
Pentingnya pendidikan dan peran orang tua
Pendidikan meningkatkan perkembangan pribadi dan meningkatkan rasa percaya diri. Di sekolah, anak-anak mempelajari hal dasar yang penting seperti membaca, menulis, dan menghitung. Mereka juga belajar bersosialisasi, juga belajar menghadapi dan menangani masalah.
Anak-anak yang bersekolah memiliki sudut pandang yang lebih baik untuk masa depan mereka dan termotivasi untuk lebih mengembangkan diri. Â
Pendidikan adalah salah satu jalan keluar terbaik untuk memutus rantai kemiskinan.Â
Selain kemauan keras untuk belajar dari diri anak itu sendiri, orang tua sangat berperan penting untuk mencegah anak putus sekolah. Jika orang tua tidak mampu untuk membayar biaya sekolah, paling tidak mereka harus mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini.
"Pendidikan membutuhkan biaya, tetapi tidak berpendidikan juga membutuhkan biaya" - Claus Moser
Kenyataan mengatakan begitu. Ada biaya yang harus dibayar untuk pendidikan. Tidak semua negara bisa memberikan pendidikan gratis kepada warganya.Â
Sepengetahuan saya, dari keterangan keluarga di Medan, sekolah negeri gratis, tetapi mulai SMA ada uang iuran yang harus dibayar. Sekalipun gratis, masih ada biaya lain, seperti seragam sekolah, sepatu, dan keperluan alat tulis. Bagi keluarga yang hidup dalam kekurangan, untuk memenuhi keperluan ini bukan perkara gampang.Â
Apa yang bisa dilakukan?
Rasa peduli pada sesama sangat dibutuhkan. Kepedulian kita dapat membantu dan memberi jalan agar anak-anak dari keluarga miskin dapat mengenyam pendidikan, serta mencegah putus sekolah.Â
Bantuan dapat dilakukan dengan memberi sumbangan pada panti asuhan. Misalnya, panti asuhan yang saya kenal sejak masa kecil, letaknya hanya beberapa puluh meter dari rumah kami. Anak-anak yang tinggal di panti asuhan ini berasal dari luar kota.Â
Sebagian dari mereka yatim piatu, tetapi ada yang masih memiliki orang tua di daerah asalnya. Anak-anak itu harus tinggal di panti asuhan demi pendidikan yang biayanya tidak mampu dibayar orang tua mereka.
Warga dapat menyumbang ke panti asuhan ini, baik berupa uang, bantuan makanan, ataupun barang lain yang mereka butuhkan.
Ada banyak contoh yayasan yang menampung anak-anak kurang mampu seperti panti asuhan ini. Namun begitu, banyak juga komunitas dan organisasi yang membantu anak-anak yang tidak mampu tanpa anak tersebut harus tinggal di panti asuhan.
Sebagai contoh, satu yayasan yang saya kenal. Di sini, siapa saja dapat membantu menjadi donatur tetap, atau hanya sesekali menyumbang sejumlah uang semampu kita.Â
Selain membantu lewat yayasan seperti contoh tadi, membantu anak untuk melanjutkan pendidikan dapat juga dilakukan secara perorangan. Dulu, almh. ibu saya cukup aktif membantu anak-anak seperti ini, bekerja sama  dengan komunitas kecil dari Jerman. Hanya saja, hal ini juga membutuhkan banyak waktu dan tenaga, serta lumayan melelahkan.
Apa pun caranya, ada banyak jalan untuk membantu meringankan beban keluarga lain yang membutuhkan, demi pendidikan generasi penerus bangsa.
Semoga tidak ada lagi anak yang harus putus sekolah karena kekurangan biaya.
Selamat Hari Pendidikan Nasional
Hennie Triana Oberst
Germany, 03.05.2023
"Empati untuk anak putus sekolah"
Event KPB 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H