Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Richtfest, Tradisi Perayaan Terpasangnya Rangka Atap di Jerman

14 Desember 2022   04:41 Diperbarui: 14 Desember 2022   20:15 1575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Richtkranz di atas atap rumah | foto: hausbauen24.eu

Pelaksanaan seremoni Richtfest biasanya dilakukan pada jam kerja agar dapat dihadiri oleh para pekerja dan orang yang terlibat dalam pembangunan rumah. Selain mereka, tentu pemilik rumah dan keluarganya dapat mengundang kerabat, tetangga, dan teman mereka. 

Roti dan garam

Tamu yang diundang dapat membawa hadiah dan tambahan hadiah tradisional yaitu roti dan garam. Kedua bahan makanan ini sebagai simbol dan pengharapan agar semua penghuni rumah tercukupi kebutuhannya dan tidak akan kelaparan.

Garam pada masa lalu merupakan komoditas yang sangat berharga dan dianggap sebagai tanda kemakmuran. Selain itu, garam juga dipercaya dapat mengusir penyakit dan roh jahat.    

Pelaksanaan perayaan

Acara Richtfest dimulai dari atas atap bangunan. Diawali oleh pimpinan Zimmerer yang memberikan kata sambutan dan terima kasih kepada semua rekan kerjanya.

Kemudian dilanjutkan oleh pemilik rumah menyampaikan terima kasih kepada semua yang berperan serta dalam pembangunan rumahnya, tidak lupa memohon berkah bagi penghuni rumah. 

Setelah itu mereka bersama-sama menancapkan paku terakhir ke rangka atap. Kemudian bersulang untuk kesehatan semua yang hadir dan penghuni rumah. 

Lalu gelas yang telah kosong dilemparkan ke bawah dari tempat mereka berdiri di atas atap. Gelas yang jatuh harus pecah. Menurut takhayul yang dipercaya orang zaman dulu, gelas pecah pada Richtfest ini adalah pertanda keberuntungan.  

Sekarang, ritual Richtfest hanya merupakan tradisi. Kebiasaan yang masih terus dijaga kelangsungannya tanpa harus mempercayai takhayul yang melatarbelakangi perayaan ini.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun