Setelah dikaruniai anak, saya baru mengerti mengapa kedua alm. orangtua kami dulu tidak pernah hitung-hitungan saat menyediakan bacaan untuk kami, anak-anaknya.
Selain langganan surat kabar nasional dan lokal, serta majalah, dulu ayah saya rajin membelikan buku dongeng HC Andersen dan Grimm Bersaudara.
Selain itu buku ensiklopedia sains yang berseri-seri berderet dalam lemari buku. Saya masih ingat sebagian buku-buku tentang penemuan pesawat, mobil, lampu, dan banyak lagi. Belakangan buku-buku ini sangat berguna sebagai referensi saat menyusun tugas dari sekolah.
Ibu kami juga tidak kalah dengan ayah, buku dongeng nusantara juga cukup banyak disediakan di rumah. Beliau dulu adalah seorang guru bahasa Indonesia, Matematika, dan bahasa Inggris.
Ibu saya sangat pintar bercerita dan mendongeng, terkadang beliau menyelipkan cerita di sela-sela mengajar agar muridnya tidak bosan dan mengantuk.Â
Majalah anak-anak dan beberapa majalah remaja kemudian menjadi langganan setiap bulan. Setelah dewasa, kebiasaan membaca buku dan majalah ini terus berlanjut dan masing-masing kami memilih sendiri bacaan yang disukai.Â
Setelah pindah ke Jerman, lewat surat kabar dan majalah setempat saya memperlancar bahasa Jerman, termasuk juga berita di televisi pukul 20 (ini rekomendasi guru saya). Walaupun awalnya sulit, tetapi lama-kelamaan jadi terbiasa.
Mengajak anak untuk mencintai buku
Dongeng pengantar tidur selalu saya bacakan sejak putri saya lahir. Membacakan cerita atau dongeng ini akan mendekatkan hubungan batin antara anak dan orangtuanya. Di samping itu juga akan menghadirkan rasa aman untuk anak.Â
Di rumah, cukup banyak buku untuk anak yang mengisi rak di kamar anak saya. Ada yang kami beli, sebagian lagi hadiah dari kerabat dan teman-teman. Bahan buku untuk bayi biasanya dibuat dari bahan yang tidak melukai atau membahayakan anak jika buku digigit-gigit.Â
Setelah anak saya semakin tumbuh, buku berikutnya adalah buku bergambar. Sebagian ada yang dilengkapi dengan tombol di sampingnya, jika ditekan akan mengeluarkan suara tiruan hewan.Â
Kebiasaan membacakan buku cerita dan dongeng saya lakukan bahkan setelah anak saya mulai bisa membaca.Â
Anak saya kemudian membaca sendiri bukunya sebelum tidur ketika dia mulai duduk di sekolah dasar. Saya hanya mengantar dan menemaninya hingga tertidur.
Buku bacaan yang dipilihnya berganti-ganti, tetapi ada buku berseri sejak usia dini dan berlanjut hingga usia sekolah.
Misalnya, buku pengetahuan umum "Wieso? Weshalb? Warum?" (artinya Mengapa? atau Kenapa?), yang jumlah serinya hampir 60. Seri buku ini disesuaikan dengan usia anak, seperti yang tertera pada buku.
Buku edisi awal mengenalkan bagian-bagian tubuh anak, dengan nama dan gambar. Ada juga edisi empat jenis musim yang dialami setiap tahun, atau atlas dunia, jenis hewan, dan berbagai pengetahuan umum lainya.
Semakin lama ketertarikannya pada buku juga mengalami pergeseran, mengikuti usia dan tren buku yang ada.Â
Masa-masa di Kindergarten dia suka dengan cerita tentang dongeng putri dan peri. Ketika di sekolah dasar dia mengoleksi buku cerita berseri "Die Schule der magischen Tiere" (Sekolah Hewan Magis).Â
Buku karya seorang pengarang Jerman yang mulai terbit sekitar 2013 ini menceritakan satu sekolah yang tidak biasa.
Sekolah tersebut ada beberapa hewan yang bisa berbicara. Rubah, kura-kura, penguin, rubah, kucing, dan lainnya bukan hewan yang biasa, mereka juga sahabat anak-anak.
Berhenti dan berlanjut kembali
Ada saatnya anak saya berhenti membeli buku dan mulai malas membaca. Bisa jadi saat itu dia ingin dan memang perlu untuk beristirahat sejenak dari membaca buku.Â
Mungkin karena tugas dari sekolah, mapel bahasa Jerman dan bahasa Inggris mengharuskan siswa membaca buku dan membuat resensi. Sebentar lagi menyusul tugas yang sama untuk mapel bahasa Prancis.
Setahun terakhir ini anak saya mulai kembali rajin membeli buku dan membacanya. Buku yang saat ini dia sukai adalah Manga dengan genre horor.
"Mama juga boleh pinjam buku aku." Memang dia usil. Dia tahu betul saya bukan penggemar cerita horor.Â
Saya tidak pernah menyuruh putri saya untuk membeli buku ini atau itu. Biarlah dia memilih mana buku yang menarik baginya.Â
Tugas saya hanya memantau dan membayar buku apa yang dia baca. Mungkin dengan cara ini kecintaannya pada buku akan berlanjut dan menemaninya sepanjang masa.
Bukankah membaca buku yang disukai akan membuat seseorang lebih bahagia?
Salam literasi
Hennie Triana Oberst
Germany, 06.10.2022
"Kakek Merza - KPB bacaan anak"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H