Komunikasi yang baik dan terbuka
Anak-anak yang rajin bercerita semua kegiatan dan hal-hal kecil lainnya pada orangtua mereka pada satu fase tiba-tiba bisa sangat irit berbicara.Â
Saya mengalami hal ini pada awal masa pubertas anak. Jika diingat-ingat, dulu saat remaja saya pun melakukan hal yang sama.Â
Meskipun sulit, usahakan untuk selalu berkomunikasi dengan anak remaja. Mungkin sesekali anak akan menjawab sedikit ketus (terutama anak perempuan). Percayalah, fase ini tidak akan lama berjalan, anak-anak akan kembali secara perlahan seperti sebelumnya.
Dari seringnya berkomunikasi anak remaja tidak akan sungkan menceritakan berbagai kejadian. Orangtua harus juga berbesar hati menerima pembicaraan khas remaja.
Jangan sekali-kali menghakimi dan mendikte mereka. Bisa saja mereka memberontak dan menghentikan pembicaraan, serta tidak mau lagi terbuka pada orangtuanya.
Putri saya cukup terbuka pada suami dan saya, pada topik tertentu dia lebih banyak berbicara pada saya. Meskipun saya tahu, setiap anak remaja memiliki "rahasia" yang cukup mereka ceritakan pada temannya saja. Â Â Â
Sesekali saya minta putri saya mengajak temannya main atau menginap di rumah kami. Dengan cara ini, meskipun hanya sedikit, paling tidak saya bisa melihat siapa saja teman-temannya.Â
Orangtua cukup memberi anak remajanya kepercayaan untuk memilih siapa teman mereka. Namun, tetap tidak lupa untuk selalu mengawasi dengan cara membangun jembatan komunikasi yang baik.
Campur tangan perlu dilakukan jika pertemanan mengarah ke hal yang meresahkan hingga membahayakan. Tidak hanya berhubungan dengan alkohol, obat-obatan, atau rokok, masalah perundungan juga merupakan hal yang serius untuk diperhatikan.Â
Menjadi orangtua memang tidak mudah, tetapi jika dilakukan dengan sepenuh hati akan berhasil. Banyak contoh yang sudah membuktikannya. Orangtua saya misalnya, mereka bisa mendidik, mendampingi, dan mengantarkan 7 orang anaknya hingga berhasil.Â