Setiap tahun biasanya siswa akan mengadakan darmawisata (Ausflug) yang diselenggarakan pihak sekolah. Ada kalanya mereka harus menginap, tetapi terkadang hanya melakukan perjalanan sehari.
Lazimnya kegiatan ini dilakukan pada musim panas sebelum libur menjelang berakhirnya tahun ajaran, kecuali perjalanan main ski.
Minggu lalu, siswa di kelas anak saya melakukan perjalanan ke kota Dachau. Dachau terletak di negara bagian Bavaria (Bayern) dan berjarak hanya sekitar 20 km dari kota Munich (München).
Mendengar kata Bayern dan München mungkin mengingatkan akan klub sepak bola asal Jerman yang cukup terkenal, Bayern München atau Bayern Munich.
Perjalanan ini berkaitan dengan salah satu tema mapel sejarah kelas 9 yang mereka pelajari.Â
Mereka mengunjungi bekas kamp konsentrasi (Konzentrationslager, biasa disingkat dengan KZ atau KL) pada masa rezim Nazi.
Guru kelas anak saya kebetulan guru sejarah, beliau salah satu yang mendampingi Ausflug ini. Dengan menyewa satu bus, mereka menempuh jarak sekitar hampir 250 km.Â
Tepat pukul 9 pagi mereka berangkat dari parkir khusus bus yang berada dekat sekolah.Â
Tiga jam lamanya perjalanan mereka dari depan sekolah ke lokasi yang dituju.
Seperti biasa, jika bepergian ke satu tempat, anak-anak harus menyiapkan bekal makan siang dan minuman dari rumah. Begitu selalu tertulis dalam surat izin yang harus ditandatangani orangtua.Â
Biaya yang harus dibayar tidak banyak dan memberatkan orang tua. Kami cukup membayar ongkos sewa bus pulang pergi yang cukup murah sebesar 25 euro saja.
Kamp konsentrasi didirikan tahun 1933 oleh rezim Sosialis Nasional (biasa disebut NS-Regime) di bawah pimpinan Adolf Hitler, beberapa minggu setelah ia menjabat.Â
KZ Dachau adalah kamp konsentrasi pertama yang didirikan dan menjadi prototipe kamp konsentrasi selanjutnya, seperti yang berada di Auschwitz - Polandia.
Awalnya hanya tahanan politik yang dibawa ke tempat ini. Lama-lama golongan lain yang mereka anggap menentang rezim Nazi ikut menjadi penghuni KZ Dachau.Â
Banyak orang Yahudi Eropa yang menjadi bagian dari mereka dan direncanakan tidak seorang pun yang keluar dengan keadaan selamat dari sini.
Para tahanan diperlakukan seperti budak dan harus melakukan kerja paksa. Mereka hidup dengan situasi yang memprihatinkan dan tidur di tempat yang tidak memadai dan penuh sesak.
Pekerjaan yang sangat melelahkan dan menyebabkan banyak tahanan yang tewas. Mereka bukan hanya sangat kelelahan, sakit, dan kurang gizi, tetapi juga mereka dibunuh di tempat ini oleh penguasa saat itu.
Selama 12 tahun rezim Nazi berkuasa, tercatat ratusan ribu orang dipenjarakan, dianiaya, dan dibunuh di kamp konsentrasi Dachau.Â
Sekitar 32.000 tahanan tewas pada akhir Perang Dunia Kedua, meskipun angka yang pasti tidak diketahui karena banyak yang tanpa identitas.Â
Bahkan menurut catatan memorial kamp konsentrasi, tertulis lebih dari 41.500 orang tewas.
Pasukan Amerika Serikat membebaskan sisa tahanan di kamp konsentrasi saat berakhirnya Perang Dunia Kedua. Namun, angka kematian masih bertambah karena banyak dari tahanan yang kondisinya sangat lemah dan menyedihkan sehingga tidak bisa bertahan hidup.Â
KZ Dachau dapat dikunjungi oleh siapa saja dan dibuka untuk umum tanpa perlu membayar biaya masuk. Pengunjung juga dapat bebas memasuki semua ruangan yang ada di sana. Â
Karena kondisi yang buruk beberapa bagian seperti barak, tempat tidur, dan beberapa tempat lainnya di kamp konsentrasi ini adalah replika yang dibuat menyerupai aslinya.
Sejarah kelam
KZ Dachau adalah catatan sejarah kelam bangsa Jerman. Seorang pemimpin kejam yang memanfaatkan kekuasaannya melakukan tindakan keji terhadap orang yang dianggap tidak sependapat dengannya.Â
Riwayat kekejaman yang pernah terjadi di negeri ini meninggalkan rasa bersalah dan malu yang tidak terperi pada generasi berikutnya. Itu juga sebabnya kenapa orang Jerman merasa tidak nyaman jika ada yang mengungkit kisah gelap ini, apalagi ada yang menjadikan bahan olok-olokan.Â
Sejarah kelam yang pernah ditorehkan oleh salah seorang penguasa di negeri ini tidak mungkin dihapus. Jejak sangat buruk yang ditinggalkan ini harus dipikul selamanya oleh generasi berikut yang tidak bersalah.
Semoga tidak akan pernah terulang lagi.
Catatan:
"Skelette im Stacheldraht" (Kerangka dalam Kawat Berduri) karya Nandor Glid, seorang Yahudi yang selamat dan kehilangan sebagaian besar kerabatnya di kamp konsentrasi Auschwitz.Â
Dari 1985-1989 ia menjadi Rektor Universitas Seni di Belgrad - Serbia. Setelah perang, ia menciptakan sejumlah monumen untuk mengenang korban holocaust, salah satunya monumen yang ada di KZ Dachau.
Hennie Triana Oberst
Germany, 28.07.2022
Rujukan: KZ-Gedenksttte// Focus.de
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H