"Kamu lebih santai bersikap pada anak ya?" Saranda melayangkan pertanyaan pada saya saat kami sedang makan siang di rumahnya bersama beberapa orang teman.
Sesekali saya dan teman-teman yang memiliki anak sebaya berkumpul. Kadang kami bertemu di restoran atau cafe, tetapi tidak jarang mengundang makan ke rumah secara bergantian.
Mungkin saya termasuk orangtua yang tidak streng (ketat/ keras) dan hampir tidak pernah memberi hukuman pada anak, termasuk jika nilai dari sekolahnya tidak seperti yang diharapkan.
Seingat saya, pernah satu kali putri kami mendapat "hukuman" tidak boleh menggunakan komputernya selama seminggu untuk bermain. Itu terjadi saat dia masih di sekolah dasar.
Sambil berbincang tentang rencana liburan, kami juga membahas bagaimana sikap saat melihat rapor anak masing-masing.
Penerimaan rapor di negara bagian tempat tinggal kami akan dilakukan beberapa minggu lagi, pada akhir Juli. Wilayah selatan Jerman mendapat giliran liburan belakangan. Sementara awal minggu ini di bagian utara Jerman sudah dimulai liburan musim panas yang bersamaan dengan akhir tahun ajaran.
Saranda mengatakan, anak dari salah seorang kenalannya pernah pulang sampai larut malam setelah penerimaan rapor. Anak itu takut mendapat amarah orangtuanya karena rapornya tidak sesuai yang diharapkan orangtuanya.
Seandainya situasi seperti ini terjadi pada anak saya, tidak bisa terbayangkan bagaimana khawatirnya kami. Ponsel mati dan tidak bisa dihubungi, sementara orangtua tidak tahu di mana anaknya berada.
(Pada hari penerimaan rapor biasanya di hari terakhir sekolah dan berlangsung hanya sebentar. Di Jerman, rapor diberikan pada murid tanpa perlu kehadiran orangtua di sekolah.)
Tidak perlu ada amarah dan hukuman