Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bioabfall: Cara Jerman Mengelola Sampah Organik

28 April 2022   04:27 Diperbarui: 28 April 2022   10:02 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerman adalah salah satu negara yang termasuk dalam kategori sangat baik dalam pemilahan dan pengelolaan sampah. Setiap warga Jerman memiliki kewajiban untuk memilah sampah dan menempatkannya pada tong sampah sesuai jenisnya.

Penggolongan sampahnya juga sangat detail, tidak terbatas pada jenis sampah organik dan nonorganik saja, tetapi ada daftar panjang jenis sampah.

Pemilahan sampah dilakukan agar semua jenis sampah dapat didaur ulang dengan baik menjadi produk lain yang berguna.
Di website pemerintah daerah setempat dapat dilihat barang mana masuk ke dalam tong sampah yang mana. 

Sampah pertama adalah Sampah Organik, biasa disebut dengan Bioabfall atau Biomüll. Ini adalah sampah paling umum yang kita hasilkan setiap hari. Sampah hijau ini adalah bahan baku yang sangat baik untuk didaur ulang menjadi sumber energi baru atau menjadi kompos. 

Menurut statistik, sampah organik yang dihasilkan setiap orang Jerman rata-rata 123 kg setiap tahun. Sampah ini bisa berasal dari sisa makanan, dari limbah dapur, juga dari pelataran rumah.

Bagaimana sampah organik diproses?
Ada dua pilihan yang dapat dilakukan bagi setiap rumah tangga. Pilihan pertama adalah mendaur ulang sendiri sampah organik menjadi kompos. Sedangkan alternatif kedua adalah mengumpulkannya ke dalam tong sampah organik.  

1. Mendaur ulang sendiri

Banyak keluarga di Jerman yang hobi berkebun memilih untuk mengelola sampah organik sendiri menjadi kompos. Kebetulan kami di rumah melakukan hal ini.

Komposter di kebun| foto: mein-schoener-garten/FrankSchuberth
Komposter di kebun| foto: mein-schoener-garten/FrankSchuberth

Sampah organik ini kami kumpulkan di kotak kompos yang terletak di halaman belakang rumah. Jenis komposter juga tersedia dari dengan beragam bentuk, ukuran, dan bahan baku.

Limbah yang boleh masuk ke dalam kotak kompos ini adalah potongan sayuran dan buah-buahan yang masih mentah dan belum dimasak, ampas teh dan kopi, kulit telur, dedaunan, ranting dan ranting tanaman di halaman rumah. 

Daging, ikan, tulang, sosis dan sejenisnya tidak boleh dimasukkan dalam komposter. Selain mencegah datangnya tikus juga akan mengganggu proses terjadinya kompos karena suhu yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri dan mengurai sisa makanan tidak tercapai. 

Sampah organik yang kami kumpulkan ini sekitar setahun akan menjadi humus yang kaya akan nutrisi. Selanjutnya kompos ini kami gunakan sebagai pupuk dan media tanam di pekarangan rumah.

2. Menyerahkan pada perusahaan pengelola sampah

Jika cara ini yang dipilih, maka setiap keluarga harus memohon pengadaan tong sampah organik. Pengajuan tong sampah ini dilakukan melalui pemerintah daerah setempat secara online.

Tong sampah organik warna hijau | foto: bnn.de/ Heintzen
Tong sampah organik warna hijau | foto: bnn.de/ Heintzen

Tong sampah akan dikirim ke rumah beserta stiker yang menempel di tutup dan sisi tempat sampah. Stiker ini memuat kode, nama, dan alamat pemilik. Setiap pengosongan tong sampah data pemilik rumah akan tercatat secara otomatis dari stiker yang tertempel.

Umumnya tong sampah organik (Biotonne) berwarna hijau, tetapi ada juga di beberapa kota berwarna cokelat.

Tong sampah organik untuk rumah tangga tersedia dalam 3 ukuran. Sebagai contoh ukuran tempat sampah dan biaya yang harus dibayar per tahun;
80 liter - 74,40 euro
120 liter - 96,60 euro
240 liter - 188,40 euro

Besarnya biaya sampah di setiap kota berbeda-beda. Di Jerman, pembayaran uang sampah sama seperti biaya-biaya umum lainnya dilakukan setiap tahun.  

Apa saja yang boleh dibuang ke dalam tong sampah hijau ini?
Sisa sayuran, buah-buahan, sisa makanan, cangkang telur, sisa roti, ampas kopi dan teh, daun, bunga dan tanaman, jerami dan serutan kayu.

Di beberapa kota, limbah dapur seperti tulang, daging, dan ikan dapat dimasukkan ke dalam tong sampah organik, sementara di lain kota tidak diizinkan. Masing-masing keluarga harus mencari tahu di wilayah tempat tinggal mereka sampah organik apa saja yang boleh dan tidak boleh mengisi tong hijau ini. 

 Sampah yang terlalu basah sebelum masuk ke tong sampah lebih baik dibungkus dengan kertas koran atau kantong kertas belanja. Harus diperhatikan, tidak semua kertas boleh masuk ke dalam tong sampah organik ini.

Jenis kertas lain dan karton ditangani terpisah dengan mengumpulkannya ke dalam tong sampah kertas dan akan melalui proses daur ulang sendiri. 

Artikel terkait;
Begini Sistem Pengelolaan Sampah Kertas di Jerman

Ke mana perginya sampah organik Biotonne?

Satu kali dalam dua minggu, sampah organik yang telah dikumpulkan di dalam tong hijau ini akan diangkut oleh perusahaan pengelola sampah organik.

Biotonne beroda dua ini harus diletakkan di depan rumah di sisi jalan. Bagian roda harus menghadap sisi jalan. Ini memudahkan petugas menghubungkan tong sampah ke truk sampah. Posisi ini sekaligus sebagai tanda bahwa tong sampah belum atau sudah dikosongkan.

Sampah organik ini kemudian dapat didaur ulang dan menjadi biogas atau menjadi kompos untuk keperluan pertanian. 

Biogas

Biogas adalah campuran gas kaya energi yang dihasilkan melalui dekomposisi alami bahan organik tanpa adanya udara. Biogas merupakan alternatif gas alam yang ramah lingkungan. 

Pabrik Biogas | foto: Martina Nolte/common.wikimedia.org
Pabrik Biogas | foto: Martina Nolte/common.wikimedia.org

Gas yang paling banyak dilepaskan pada proses ini adalah gas metana. Menurut perhitungan NABU (Asosiasi Konservasi Alam dan Keanekaragaman Hayati) Jerman, dari 1 ton sampah organik dihasilkan antara 80 dan 140 kubik meter biogas (kandungan metana 50 hingga 65 persen). 

Sampah organik yang akan didaur ulang menjadi biogas akan dikirim ke pabrik biogas. Sebelum proses penguraian, sampah akan disaring dan dipisahkan dari zat-zat lain yang tidak dibutuhkan, misalnya kaca, plastik, dan metal. 

Semakin banyak proses berbasis listrik yang diperlukan untuk pemisahan ini, semakin buruk keseimbangan energi di akhir proses. Alasan inilah maka sangat penting bagi warga untuk memilah sampah organik dengan baik. 

Kompos

Cara pengolahan sampah organik yang lain adalah mendaur ulang menjadi kompos. Proses pengomposan di pabrik membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan pembuatan kompos di kebun. 

Kompos | foto: Pixabay 
Kompos | foto: Pixabay 

Sebelum proses pengomposan, sampah akan disaring untuk membuang bahan asing. Fase pembusukan ini berlangsung selama beberapa minggu hingga humus terbentuk. Hasil akhir dari proses ini akan menghasilkan produk baru berupa kompos atau pupuk cair yang dapat digunakan pada bidang pertanian. 

Pengolahan limbah organik ini mendapat produk baru yang bermanfaat sekaligus melindungi lingkungan.

Hennie Triana Oberst - DE, 27.04.2022
Rujukan: Stern.de/ Nabu/ BR.de 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun