Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bioabfall: Cara Jerman Mengelola Sampah Organik

28 April 2022   04:27 Diperbarui: 28 April 2022   10:02 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tong sampah organik warna hijau | foto: bnn.de/ Heintzen

Gas yang paling banyak dilepaskan pada proses ini adalah gas metana. Menurut perhitungan NABU (Asosiasi Konservasi Alam dan Keanekaragaman Hayati) Jerman, dari 1 ton sampah organik dihasilkan antara 80 dan 140 kubik meter biogas (kandungan metana 50 hingga 65 persen). 

Sampah organik yang akan didaur ulang menjadi biogas akan dikirim ke pabrik biogas. Sebelum proses penguraian, sampah akan disaring dan dipisahkan dari zat-zat lain yang tidak dibutuhkan, misalnya kaca, plastik, dan metal. 

Semakin banyak proses berbasis listrik yang diperlukan untuk pemisahan ini, semakin buruk keseimbangan energi di akhir proses. Alasan inilah maka sangat penting bagi warga untuk memilah sampah organik dengan baik. 

Kompos

Cara pengolahan sampah organik yang lain adalah mendaur ulang menjadi kompos. Proses pengomposan di pabrik membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan pembuatan kompos di kebun. 

Kompos | foto: Pixabay 
Kompos | foto: Pixabay 

Sebelum proses pengomposan, sampah akan disaring untuk membuang bahan asing. Fase pembusukan ini berlangsung selama beberapa minggu hingga humus terbentuk. Hasil akhir dari proses ini akan menghasilkan produk baru berupa kompos atau pupuk cair yang dapat digunakan pada bidang pertanian. 

Pengolahan limbah organik ini mendapat produk baru yang bermanfaat sekaligus melindungi lingkungan.

Hennie Triana Oberst - DE, 27.04.2022
Rujukan: Stern.de/ Nabu/ BR.de 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun