Awal April ini umat muslim di seluruh dunia melaksanakan puasa Ramadan, tidak terkecuali di Jerman. Ramadan telah lama menjadi bagian dari keagamaan di negara ini. Di Jerman ada sekitar 5,6 juta muslim, jumlah ini sekitar 6,7 persen dari penduduk Jerman. Â
Beberapa teman saya di Indonesia pernah bertanya, bagaimana kehidupan muslim di Jerman. Mungkin sebagian orang menganggap akan sulit bagi muslim melakukan ibadah di negara dengan mayoritas penduduk beragama Kristen. Bisa dimaklumi karena mereka tidak mengetahui keadaan di Jerman.
Sejak saya mengenal negeri ini, Jerman adalah negara yang sangat bersahabat bagi muslim. Jika ada yang menganggap betapa sulitnya mendapatkan makanan halal di sini, mungkin mereka tidak memperhatikan lingkungannya dengan baik.
Di Jerman banyak sekali rumah makan yang menyajikan masakan halal, terutama dari orang Jerman keturunan Turki. Di mana-mana terdapat restoran Turki, dari makanan siap saji maupun rumah makan yang besar. Saat ini lebih beragam dengan variasi masakan dari negara Timur Tengah.
Muslim di Jerman dan sejarahnya
Masyarakat muslim yang ada di Jerman umumnya berasal pekerja pendatang atau pekerja tamu (Gastarbeiter) dari Turki pada tahun 1960.
Saat itu Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja, kemudian mendatangkan tenaga kerja dari luar negeri. Pada tahun pertama setelah perjanjian perekrutan pekerja antara Jerman dan Turki ditandatangani, ada sekitar 870.000 tenaga kerja dari Turki datang.
Awalnya, hanya pria yang mendapat izin kerja dengan kontrak kerja maksimal 2 tahun. Belakangan, pemerintah federal mencabut aturan ketat perjanjian perekrutan tenaga kerja ini.
Sejak saat itu pekerja wanita juga mendapat izin untuk bekerja. Awal tahun 1970-an Jerman memberi kemudahan bagi orang Turki untuk memperpanjang izin tinggal mereka dan membawa serta keluarga mereka. Sebagian memutuskan untuk menetap dan telah lahir beberapa generasi hingga sekarang.
Namun begitu, sebelum masuknya pekerja migran ini, sejak abad ke-17 muslim sudah dikenal di Jerman.