Dulu sepasang kekasih mengabadikan cinta dengan mengukir nama mereka di batang pohon. Saat ini nama-nama mereka terukir di gembok cinta dan tergantung di pagar sisi jembatan.
Gembok yang diukir dengan nama, tanggal, bentuk hati dari sepasang kekasih saat ini banyak ditemukan terpasang pada tali jembatan, tiang lampu kota, bahkan di jeruji menara observasi di kota-kota dunia.
Umumnya orang melakukan ini pada saat sedang berkunjung ke suatu tempat, atau ketika sedang merayakan hari istimewa. Tidak perlu repot mempersiapkan dari rumah karena bisa didapatkan di toko cendera mata yang menyediakannya.
Asal usul gembok cinta
Gembok cinta ini berasal dari jembatan Most Ljubavi (Jembatan Cinta) di Vrnjačka Banja - Serbia pada masa Perang Dunia Pertama. Di jembatan ini sepasang kekasih, Nada dan Relja sering bertemu di jembatan. Mereka bertunangan dan berjanji untuk selalu bersama.
Relja harus bertugas ke Yunani untuk berperang. Di sana dia jatuh cinta pada wanita setempat. Pertunangan mereka akhirnya terputus. Nada patah hati dan tidak kuat menerima kepedihan ini, menderita hingga akhir hayatnya.
Kisah cinta Nada dan Relja ini menginspirasi wanita-wanita muda muda di sana. Mereka ingin melindungi hubungan cintanya, lalu menuliskan nama mereka dan pasangan di gembok, kemudian menggantungkannya di jembatan tempat Nada dan Relja sering bertemu.
Para lulusan Medical Academy Florence kemudian melakukan tradisi ini, mereka menggantungkan gembok loker di kisi-kisi Ponte Vecchio, jembatan tertua di kota Firenze (Florence) Italia. Gembok cinta ini menjadi populer tahun 1992 melalui novel "Tre metri sopra il cielo" (Three Meters Above Heaven) karya Federico Moccia.