Berhasilkah? Tidak sama sekali. Problem kulit wajah tetap hadir terus menerus.
Ke dokter kulit pernah saya lakukan saat masih tinggal di Jakarta. Dua dokter saya datangi untuk urusan kulit wajah saya.
Dokter yang satu, seorang wanita paruhbaya. Sepertinya dia suka ngomel-ngomel terhadap pasiennya. Dia bukan ngomel pada saya saja, seorang teman saya mengalami hal yang sama. Saya pikir, untuk apa berobat, jika yang mengobati tidak bersikap baik terhadap pasiennya.
Ya sudah, saya ganti ke dokter lain. Dokter kulit wanita, masih muda dan sangat baik memperlakukan pasiennya. Kali ini saya diberi obat berupa tablet, tetapi tidak pernah saya konsumsi. Karena selalu terjadi penolakan saat obat masuk ke mulut.Â
Mungkin benar, berobat itu cocok-cocokan. Ada yang langsung berhasil, ada juga yang tidak mengalami perubahan apa-apa. Akhirnya, berobat ke dokter tidak saya lanjutkan. Saya hanya berusaha untuk lebih rajin menjaga kebersihan kulit.Â
Alergi makanan
Ketika saya pindah ke Jerman, masalah kulit ini tetap saya alami. Saya putuskan untuk mencoba mendatangi dokter kulit di negeri ini.
Seorang dokter memasuki ruang periksa di mana saya menunggu. Setelah mengucap salam, ia mengatakan bahwa saya memiliki bawaan masalah kulit. "Dari keadaan kulit anda, saya sudah bisa melihatnya," begitu dia mengatakan.
Konsultasi dan pemeriksaan kulit dilakukan. Saya diberi obat jenis obat untuk wajah. Satu jenis digunakan pagi dan malam hari, sedangkan satu lagi hanya digunakan saat tidur setelah kulit wajah dibersihkan.
Alergi kulit yang saya alami cukup rumit. Jalan satu-satunya adalah menghindari makanan penyebab alergi ini. Makanan laut yang merupakan kesukaan saya terpaksa tidak bisa lagi disantap.
Makanan yang mengandung pengawet, dan turunan makanan laut seperti terasi juga harus dihindari.