Jumat sore yang baru lalu kami mengundang tetangga dekat. Mestinya dilakukan Sabtu, tetapi Sabtu tim nasional Jerman bertanding melawan Portugal.Â
Bisa sebetulnya barbeku dan dilanjut nonton bareng, bahkan lebih seru. Tetapi ini masa pandemi.
Meskipun aturan di Jerman sudah dilonggarkan, kami menghindari berada di dalam ruangan dalam waktu relatif lama bersama orang lain yang bukan anggota keluarga serumah. Tidak mungkin menonton pertandingan sepakbola dalam keheningan.
Sebagai makanan penutup saya menyiapkan pisang goreng beserta es krim vanilla. Tetangga saya mengatakan, bulan Agustus nanti dia akan merayakan ulang tahun. Dia ingin agar saya mau membuatkan pisang goreng dan es krim untuk acara dia nanti.Â
Jika mengundang teman-teman dan tetangga ke rumah, kudapan inilah yang saya siapkan untuk mereka. Kebiasaan yang saya lakukan sejak awal tinggal di negara ini.
Belakangan saya mengganti dan mencoba jenis kudapan lain. Pisang goreng pun terlupakan. Hingga saya tersadar, teman-teman saya menantikan sajian pisang goreng dan es krim ini  jika diundang ke rumah saya.Â
Musim gugur tahun lalu, saat merayakan ulang tahun, saya mengundang beberapa teman baik. Di masa pandemi tamu juga harus dibatasi, saya memilih teman-teman dekat saat awal menetap di Jerman.
Mereka teman-teman saya ketika mengikuti kelas bahasa Jerman di Universitas yang ada di kota tempat kami tinggal. Setelah itu kami jarang bertemu, sebagian pindah ke kota lain, dan saya juga harus keluar masuk Jerman mengikuti tugas suami.Â
"Hennie, wo ist die Banane?" Ella, wanita cantik dari Belarus tiba-tiba bertanya mana pisangnya. Raut wajahnya kecewa melihat menu penutup yang dihidangkan bukan pisang goreng.
Saya terdiam, awalnya bingung, pisang apa maksudnya. Ternyata pisang goreng. Kesal sekali dan merasa  bersalah.