"Jalan menuju hati seseorang adalah melalui perutnya"
Begitu makna yang terkandung dari peribahasa ini, yang sering diucapkan orang Jerman saat membahas cinta.
Rasa cinta yang digambarkan dengan perut, mungkin terkesan kurang romantis. Kenyataannya, perasaan memang terkait erat dengan reaksi anggota tubuh.
Ketika seseorang mengalami rasa takut, maka jantung berdetak lebih cepat. Reaksi ini disebabkan oleh pusat emosi di otak, yang mengirim sinyal melalui saluran saraf. Tubuh kemudian bereaksi untuk perlindungan diri.Â
Begitu juga saat seseorang sedang jatuh cinta, reaksi positif akan terpicu di dalam tubuh.
Nucleus accumbens, bagian otak yang mewakili pusat penghargaan diaktifkan, dan menghadirkan perasaan bahagia dan hal-hal indah lainnya. Misalnya, dari makanan yang lezat akan menimbulkan perasaan bahagia, seperti sedang jatuh cinta. Â
Peribahasa "Liebe geht durch den Magen" yang sudah dikenal cukup lama ini dikaitkan dengan kebiasaan dalam satu keluarga di masa lalu. Dulu, tugas suami adalah bekerja dan menghidupi keluarga, sedangkan wanita mengurus anak-anak dan rumah tangga.
Memasak adalah salah satu aktivitas penting yang dilakukan setiap hari. Makanan enak hasil masakan istri merupakan bukti cinta, dan satu cara untuk memanjakan suami. Siapa pun pasti suka menyantap hidangan yang lezat, terutama hasil racikan pasangannya.Â
Makan bersama dengan orang yang dicintai selalu menyenangkan dan akan memperkuat hubungan. Ayah saya dulu selalu berusaha tiba di rumah sebelum waktu makan malam, agar kami bisa makan malam bersama.
Makan bersama akan menghadirkan kebahagian bagi seluruh anggota keluarga. Kebersamaan yang juga merupakan kesempatan untuk saling bercerita dan bertukar pikiran.
Jika anda baru berkenalan dengan seseorang, perhatikan juga kebiasaannya saat makan. Suasana yang nyaman dan menggembirakan saat makan tentu membuat perasaan suka terhadap orang itu akan berkembang. Begitu juga sebaliknya.
Pernah di satu masa saya berkenalan dengan seorang pria. Sekali waktu kami pergi makan siang bersama di restoran. Ah, ternyata, laki-laki yang cukup tampan ini suka sekali mengeluh mengenai makanan Indonesia yang kami santap.
Memang betul, kuliner nusantara belum akrab di lidahnya. Namun, ada cara yang lebih sopan untuk mengungkapkan perasaan tidak suka dan hal yang mengganggu. Setelah pertemuan itu saya memutuskan untuk tidak melanjutkan mengenalnya lebih dekat.
Kehidupan sepasang manusia tentu tidak akan pernah lepas dari duduk bersama dan menikmati hidangan. Tidak terbayangkan seandainya saya memiliki pasangan seperti dia, mengkritisi makanan yang seharusnya dinikmati dengan bahagia.
Peribahasa "Liebe geht durch den Magen" masih tetap relevan sampai sekarang, meskipun tugas memasak tidak lagi dilakukan wanita saja. Masa kini, sudah biasa pria memasak untuk keluarga di rumah.
Jadi, apakah betul cinta masuk melalui perut?
Untuk membuktikan peribahasa ini, harus mencoba sendiri. Siapa pun anda yang masih single dan baru berkenalan dengan seseorang.
Jika kebetulan anda bisa memasak, cobalah undang orang yang sedang didekati itu, dan hidangkan makanan hasil olahan sendiri.Â
Seumpama anda tidak bisa memasak, masih ada cara lain. Ajaklah si dia makan, ngebakso misalnya.
Biasanya, saat kita merasa nyaman bersama  seseorang, ada sukacita  menikmati hidangan, sekalipun rasa makanan itu biasa-biasa saja.
Ketika sepasang kekasih sudah bersama membina keluarga, ada perubahan yang terjadi, dan dialami hampir semua pasangan. Bobot tubuh bertambah, tetapi tetap bahagia.Â
Memang benar adanya, cinta masuk melalui perut.
-------
Hennie Triana Oberst
De, 16.06.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H