Â
Perhiasan sudah dikenal berabad-abad yang lalu. Pada mulanya perhiasan tertentu dipakai untuk mengekspresikan sebuah ritual atau makna khusus pemiliknya. Material yang digunakan tentu lebih sederhana dan alami, seperti kayu, daun, dan tanduk hewan.
Lama kelamaan, perhiasan berkembang menjadi simbol status sosial. Kemajuan teknologi mendorong berkembangnya metode pembuatan perhiasan.Â
Bahan baku yang digunakan juga semakin bervariasi, dari emas, perak, hingga berbagai batu permata. Secara tidak langsung, hal ini menggolongkan tingkat kelas sosial di masyarakat.
Pada abad terakhir ini semakin banyak perhiasan yang dibuat dari bahan yang harganya lebih rendah. Ini merupakan awal dari perhiasan fesyen. Perhiasan yang dibuat sama indahnya, tetapi dengan harga yang terjangkau semua kalangan masyarakat.Â
Saya termasuk orang yang gemar mengenakan perhiasan. Biasanya saya kenakan jika akan pergi ke luar rumah, tetapi sering juga lupa jika terburu-buru.
Detail dari perhiasan yang merupakan hasil pekerjaan tangan ini selalu menarik hati. Mungkin karena ketertarikan itu, saya memutuskan untuk mempelajari bagaimana membentuk satu perhiasan.
Kesempatan itu saya dapatkan ketika tinggal di Shanghai. Kebetulan juga waktu luang yang saya miliki relatif lebih banyak.Â
Saat itu saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kelas bahasa Mandarin, karena sekolah bahasa yang saya ikuti pindah lokasi dan jaraknya cukup jauh dari rumah.
Saya memanfaatkan waktu senggang belajar bahasa ini selama anak saya berada di sekolah. Siang hari sebelum dia kembali dari sekolah, saya mesti sudah berada di rumah.Â
Sesekali saya pergi bersama teman-teman baik. Saya memang tidak bergabung dengan komunitas apa pun di Shanghai. Prioritas saya hanya urusan sekolah anak.
Jika ada kegiatan yang diadakan oleh sekolah dan membutuhkan dukungan orangtua murid di kelas anak saya, biasanya saya selalu aktif ikut serta. Misalnya, membuka stand di bazar yang berkala diadakan oleh sekolah pada festival musim panas dan Pasar Natal.
Lantaran kelas bahasa tidak saya ikuti, maka saya mencari kesibukan lain, kelas jewellery design. Pernak-pernik yang memang saya sukai dari dulu.
Kelas baru untuk pemula akan dibuka segera, seperti yang tertera situs web satu lembaga belajar. Satu kali pertemuan gratis dibuka untuk umum, sebagai perkenalan dan penarik minat peserta yang hadir.
Sesuai tanggal dan waktunya, saya datang setelah mendaftarkan diri beberapa hari sebelumnya. Pertemuan yang sangat menarik, dibawakan oleh guru kelas desain perhiasan itu sendiri, peserta yang hadir pria dan wanita.Â
Usai mengikuti pertemuan itu saya mendaftar untuk kelas pemula yang akan dibuka minggu berikutnya. Kelas kami berlangsung satu kali dalam seminggu. Jika tidak salah, kami terdiri dari 6 orang wanita dari bangsa yang berbeda.
Di kelas ini kami mempelajari beberapa teknik membuat perhiasan berbentuk kalung dan anting-anting. Material yang digunakan beragam, contohnya mutiara, batu-batuan, jenis logam, dan pernak-perniknya.
Menurut guru yang mengajar, kami harus membiasakan diri bekerja dengan cermat dan memperhatikan keakuratan ukuran milimeter bahan yang kami gunakan. Pertemuan dua jam itu cukup membuat mata lelah, tetapi sangat menyenangkan.
Ketelitian dan kesabaran memang dibutuhkan untuk menciptakan hasil terbaik. Misalnya, ketika sedang asyik menyatukan mutiara dengan benang dan jarum yang sangat halus, tiba-tiba benangnya putus. Terpaksa pekerjaan harus diulang lagi dari awal, demi memperoleh bentuk sempurna yang kita inginkan.
Keterampilan membuat perhiasan ini masih belum mendalam saya pelajari. Masih sebatas menggambarkan ide dan mewujudkannya menjadi perhiasan yang individual.
Niatnya hanya menyalurkan hobi, sesekali membuatnya menjadi kado khusus untuk teman-teman dekat. Ada rasa bahagia jika orang yang mengenakan hasil pekerjaan tangan saya tersenyum senang.
Salam hangat
-------
Hennie Triana Oberst
De, 27.05.2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI