Sekali waktu, saya mengunggah beberapa foto di media sosial suasana sekitar kota tempat kami tinggal. Satu di antara foto itu terdapat satu gereja dengan kubahnya, persis seperti kubah masjid.
Teman saya bertanya, mengapa gereja bentuk kubahnya seperti masjid. Sebetulnya, teman saya ini bukan satu-satunya yang  heran melihat gereja beratap seperti masjid.Â
Saya katakan, di Jerman dan beberapa negara Eropa, banyak bangunan gereja lama yang atapnya berbentuk kubah. Ada yang puncak kubahnya terpasang salib, sebagian lagi tidak ada lambang apa-apa.
Tidak diketahui pasti kapan kubah pertama kali dibangun, tetapi model atap yang menyerupai bentuk separuh bola ini sudah dikenal berabad-abad lalu.
Konstruksi seperti ini dikenal di hampir semua budaya, jauh sebelum bangunan dengan atap kubah dibuat dengan bahan permanen.
Struktur bangunan berbentuk kubah dari masa prasejarah ditemukan pada tahun 1965 di Meshirich, Ukraina. Tempat tinggal yang terbuat dari taring dan tulang mamut ini menurut catatan para arkeolog berasal dari 19.280 sampai 11.700 SM.
Bangunan dengan arsitektur Kubah ("Kuppel" dalam bahasa Jerman) awalnya ditemukan di Mesopotamia (tempat yang dianggap sebagai "Tempat lahir peradaban"), kemudian menyebar dan dijumpai dalam arsitektur gaya bangunan periode Helenistik, Romawi, Â Persia, dan China pada zaman kuno.Â
Pemandian Romawi berperan penting dalam perkembangan konstruksi kubah pada masa Kekaisaran Romawi. Bentuk kubah sederhana di pemandian yang berasal dari abad ke-2 dan 1 SM dapat dilihat di Pompeii.
Pada abad pertengahan, bangunan berkubah menjadi sangat populer dalam arsitektur Bizantium (wilayah timur Kekaisaran Romawi) dan Islam. Gaya bangunan ini tidak dijumpai di pemandian saja, tetapi juga di istana, vila, dan makam.
Arsitektur Renaissance yang dimulai di Italia pada awal abad 15 menyebar di wilayah Eropa lainnya. Bangunan-bangunan ini masih banyak yang berdiri kokoh dan dapat dilihat di wilayah Eropa.
Kubah pada mausoleum
Bagian timur laut Iran, juga Mesir adalah wilayah yang dikenal dengan perkembangan awal mausoleum beratap kubah.Â
Makam Samanid (Samaniyah) di Transoxania dari tahun 943, merupakan penemuan squinch Persia, yaitu bentuk segi delapan sebagai dasar kubah.Â
Bentuk kubah ini kemudian digunakan sebagai standar bentuk kubah selanjutnya. (Transoxania sekarang adalah sebagian wilayah Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan, dan Turkmenistan).
Di masa Kekaisaran Seljuk (1037--1194), orang Turki membangun menara makam yang dikenal dengan nama "segitiga Turki", dan mausoleum berbentuk kubus dengan atap kubah. Bentuk kubah setengah lingkaran datar pertama kali ditemukan pada periode Seljuk.
Baca juga: Masjid Merah, Lambang Toleransi di Taman Kastil Schwetzingen Jerman             Â
Kubah Masjid
Masjid Jameh Isfahan, di Iran adalah salah satu masjid tertua yang dikenal di dunia. Kubah yang dibangun oleh Nizam al-Mulk pada tahun 1086 ini merupakan kubah batu terbesar dalam arsitektur Islam pada masa itu.
Masjid ini awalnya dibangun pada Dinasti Umayyah (661-750). Konon, sebelum menjadi masjid merupakan rumah ibadah penganut Zarathustra (Zoroaster), agama kuno di Persia.
Perubahan besar dalam arsitektur masjid, menurut Dr. Lorenz Korn, Profesor Sejarah dan Arkeologi Seni Islam dari Universitt Bamberg, terjadi sekitar seribu tahun lalu.Â
Pada abad ke-11, di Iran mulai dibangun masjid dengan atap berbentuk kubah, tidak datar seperti masjid-masjid sebelumnya. Konstruksi ini kemudian menjadi mode.
"Pada saat itu, perpecahan antara Sunni dan Syiah mencapai puncaknya. Perhatian para pembangun beralih ke masjid-masjid besar di kota. Kubah dianggap sebagai ekspresi yang tepat.", begitu menurut Korn.
Kebangkitan Kekaisaran Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman, 1299-1922) bertepatan dengan jatuhnya Seljuk dan Bizantium. Ciri khas arsitektur bangunan dari campuran budaya Ottoman dan arsitektur setempat, dengan atap kubah di seluruh kekaisaran.Â
Bentuk kubah Bizantium (contohnya, Hagia Sophia) diadopsi dan dikembangkan lebih lanjut. Masjid Ottoman paling awal adalah ruangan memanjang dengan atap kayu sederhana, atau kubah dengan interior kayu. Namun, sebagian besar sudah hangus dilalap api.Â
Kubah dari bata kemudian digunakan untuk masjid, yang kemudian menjadi pola dasar arsitektur Ottoman. Contohnya adalah masjid Orhan Gazi di Gebze - Turki, dan masjid Karagöz Bey di Mostar, Bosnia-Herzegovina.Â
Baca juga:Â Menumpang Salat di Zentralmoschee, Masjid Sentral Cologne JermanÂ
Studi tentang struktur kubah pada abad ke-18 dilakukan secara drastis. Meskipun tidak terlalu populer, atap kubah digunakan untuk bangunan rumah bergaya neoklasik.Â
Selanjutnya, kubah berkembang semakin modern. Kemajuan teknik produksi dan material, menghasilkan bentuk-bentuk kubah yang baru.
Bangunan modern dengan atap berbentuk kubah kemudian banyak dibuat, seperti gedung pemerintahan, stadion olahraga, dan lainnya.
-------
Hennie Triana Oberst
De, 16.04.2021
Rujukan:
1. Wie kam die Kuppel in die Moschee?/ archaeologie-online.de
2. Moschee Architektur/ ndr.de
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H