Sering sekali, tanpa disadari banyak tempat menarik di sekeliling kita yang menyimpan banyak cerita di masa lalu luput dari perhatian. Bahkan ada yang tidak kita ketahui sama sekali keberadaannya. Begitu juga acara jalan-jalan yang kami lakukan dengan kendaraan peninggalan masa lalu ini.
Saya salah satu orang yang menikmati jika mengunjungi tempat yang menyajikan sejarah di baliknya. Sebetulnya, dulu saat sekolah, saya sangat tidak menyukai pelajaran sejarah. Tetapi entah alasan apa sekarang saya sedikit menyukainya. (Mungkin ini "kutukan" masa sekolah dulu).
Di Jerman banyak sekali tempat, bangunan, dan benda-benda yang usianya relatif tua. Misalnya, kereta api uap yang kuno ini. Kereta api kuno ini usianya belum mencapai 100 tahun. Diproduksi pada tahun 1936 oleh Henschen & Sohn, perusahaan yang memproduksi mesin, konstruksi kendaraan, dan persenjataan. Perusahaan ini merupakan salah satu produsen lokomotif terpenting di Eropa.Â
Tiket dapat dibeli secara online, atau membayar langsung pada petugas di stasiun kereta, sebelum berangkat. Kami pilih cara pertama, karena lebih praktis dan tidak perlu khawatir jika gerbong penuh.
Kereta ini hanya beroperasi setiap tahunnya pada hari Minggu dan Senin Paskah, hari Minggu pada pekan Corpus Christi, serta setiap hari Minggu bulan Juli hingga Agustus.Â
Namun, jika musim panas terlalu kering, kereta ini tidak beroperasi. Menghindari percikan pembakaran batu bara yang kemungkinan bisa menyebabkan kebakaran hutan dan lingkungan di sepanjang jalur yang dilewati kereta.
Rangkaian gerbong kereta api ini ditarik dengan menggunakan lokomotif uap, dengan bahan bakar batu bara. Asap berwarna abu-abu kehitaman mengepul di atas lokomotif. Serpihan yang sangat halus berwarna hitam, hasil pembakaran batu bara diterbangkan angin, memasuki gerbong dari celah jendela.Â
Perjalanan Sepur ini dimulai dari stasiun kereta di kota Rottweil. Sekitar satu jam dari rumah kami menuju tempat ini. Setelah meninggalkan mobil di halaman parkir stasiun, kami menuju peron yang ditentukan.Â
Di bagian peron samping lokomotif terlihat masinis menerangkan cara kerja lokomotif ini kepada kami. Kebanyakan calon penumpang adalah keluarga yang membawa anak. Mereka terlihat sangat antusias mendengarkan, terutama anak laki-laki. Perjalanan dengan kereta zaman baheula ini pasti akan meninggalkan kesan yang khusus bagi mereka.Â
Dari kota Rottweil, penumpang kereta  dapat turun di kota Triberg, atau kota Hausach. Rute yang kami pilih hingga ke kota Triberg berjarak 80 km dengan waktu tempuh 1 jam 51 menit.Â
Ada 37 terowongan yang dilewati kereta api uap ini dari stasiun awal hingga ke kota tujuan. Jalur kereta api Blackforest adalah salah satu jalur kereta api terindah di Eropa. Panorama di balik jendela kaca sungguh menyajikan keindahan yang memanjakan mata.
Kami turun di kota Triberg, dan kereta melanjutkan perjalanan ke Hausach. Saat itu tepat menjelang waktu makan siang, tujuan kami tentu mencari rumah makan yang menawarkan menu khas daerah ini.Â
Triberg dengan jumlah penduduk kurang dari 5.000 orang ini terlihat cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Sore hari kami harus kembali ke stasiun kereta, menunggu kereta lokomotif uap membawa kami kembali ke stasiun awal di kota Rottweil. Meskipun kereta api kuno, ketepatan waktu tetap berlaku.
Kereta api terus bergerak, sesekali terdengar bunyi khas kereta uap, membawa irama nostalgia tersendiri.
"Tuuutt... tuuuttt.."
-------
Hennie Triana Oberst
De, 08.04.2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI