"Tidak ada yang lebih baik untuk kesejahteraan selain makanan enak dan jiaozi"
Pepatah dari Negeri Tirai Bambu itu mengingatkan ucapan seorang teman asal Shanghai. Saat itu saya bertanya kegiatan apa yang mereka lakukan saat merayakan salah satu hari besar di Cina.
"Orang Cina itu sukanya kumpul-kumpul dan makan,” Celine berkata sambil tertawa. Ucapannya pun disetujui dua teman yang berasal dari kota lain di Tiongkok.
Ketika itu kami sedang berada di salah satu rumah makan di Beijing. Di tempat ini terkenal akan dumplingnya. Menurut saya, bukan hanya dumpling, makanan lainnya di restoran ini membuat ketagihan. Restoran ini juga jadi langganan rekan kerja suami saya yang berasal dari Jerman.
Jiaozi, dumpling atau pangsit berbentuk bulan sabit ini identik dengan perayaan Imlek, terutama di Tiongkok bagian utara. Di Beijing, misalnya, makanan ini ini tidak pernah ketinggalan disajikan saat mereka merayakan Tahun Baru.
Awal mula Jiaozi
Xi’an dianggap sebagai rumah jiaozi, meskipun menurut legenda hidangan ini ditemukan 2500 tahun lalu di Nanyang, di provinsi Henan.
Konon, seorang dokter bernama Zhang Zhongjing membuat jiaozi untuk menyembuhkan pasiennya. Dia mengisi kulit pangsit dengan daging kambing dan merebusnya. Orang yang sakit mendapatkan kekuatan baru setelah menyantap makanan ini. Sejak itulah jiaozi lahir makanan yang disukai masyarakat Cina bagian utara.
Kisah ini membuat bangga masyarakat Xi’an, tempat di mana titik awal Jalur Sutra (Silk Road) yang bersejarah. Jaringan rute karavan yang menghubungkan negara Cina dengan seluruh dunia.
Istilah jiaozi mulai dikenal ketika pedagang menggunakan mata uang kertas yang disebut “Jiao zi”. Sebutan ini kemudian digunakan sebagai istilah umum untuk menyebut uang.