Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pünktlich, Terlambat Sedikit pun Ditinggal

27 Januari 2021   22:05 Diperbarui: 31 Januari 2021   11:04 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya katakan, biasanya kalau ada janji, orang Jerman akan datang beberapa menit sebelum waktu yang ditentukan. Kecuali saat bertamu, biasanya mereka datang tepat waktu. Jarang sekali mereka datang sebelum waktu yang ditetapkan, karena bisa jadi tuan rumah belum siap menerima tamu.

Ketika adik saya dan keluarganya datang mengunjungi kami di Jerman, kami pergi jalan-jalan menggunakan kendaraan umum. Saat kami berada di stasiun bus yang bersebelahan dengan stasiun kereta, adik saya berkata sambil tergelak. "Di sini orang-orang berlarian terlihat biasa aja ya. Kalau di Indonesia, pasti orang mikir, apa yang terjadi, kok orang lari-lari."

Kalau tidak berlari kemungkinan ditinggal bus, atau kereta yang akan dinaiki. Adik saya beserta suami dan anak-anaknya sudah mengalami bagaimana kami terengah-engah berlari mengejar jadwal kereta sambungan yang hanya 2 menit lamanya.

Tidak ada masalah kalau letak peron bersebelahan, tetapi kami harus menuju peron lain dengan menaiki dan menuruni tangga. Memang bisa terkejar jika kita berlari. Lumayan meningkatkan adrenalin, tetapi itulah jadwal tercepat yang bisa ditempuh. 

Kita bisa juga melaluinya dengan santai, jika rela menunggu kereta berikutnya yang datang 30 menit kemudian. Menurut saya, sayang sekali waktu terbuang sia-sia untuk menunggu.

Suatu hari, saya janjian menjemput seorang kenalan, orang Indonesia yang belum lama tinggal di Jerman. Kami akan pergi ke satu tempat, bertemu dengan beberapa orang lainnya. Saya katakan padanya, jam sekian saya akan datang dan menunggu di luar rumahnya. 

Ketika saya tiba, dia tidak ada di tempat, saya telepon tidak ada jawaban. Terpaksa saya harus memarkir mobil dan turun menuju rumahnya. Beberapa menit setelah bel berbunyi, dia membuka pintu sambil berlari. Badannya masih terbungkus mantel mandi. Dia meminta maaf karena belum siap. Saya memberi dia waktu 5 menit, kemudian menunggu di mobil. Setelah itu saya tidak mau lagi menjemputnya. Biar saja dia belajar untuk mendisiplinkan dirinya.

Budaya tepat waktu membuat rutinitas bisa berjalan dengan lancar, karena kita terbiasa mengatur rencana dan janji dengan baik. Kita juga terbiasa menghargai waktu, dan orang lain.

Tidak ada lagi kesal karena waktu yang terbuang sia-sia akibat menunggu seseorang.

-------

Hennie Triana Oberst

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun